Mahasiswa UAD Temukan Obat Luka Bakar dari Ekoenzim Kulit Salak Pondoh
Mahasiswa Program Studi Biologi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dengan dosen pendamping Haris Setiawan, S.Pd., M.Sc. berhasil manfaatkan ekoenzim kulit salak pondoh sebagai terapi luka bakar. Melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2024, lima mahasiswa yang terdiri atas Kinasti Dwi Lestari, Aisyah Aulia Nugraha, Vibula Rosa Arumbina, Umu Kamilah, dan Rara Asti Azizah berhasil lolos pendanaan dengan judul “Ekoenzim Kulit Salak Pondoh (Salacca edulis Reinw) dalam Terapi Luka Bakar: Analisis Efektivitas Melalui Studi In Vivo”. Mereka telah melakukan riset selama lima bulan lamanya, untuk membuktikan bahwa ekoenzim kulit salak pondoh yang selama ini hanya terbuang sia-sia memiliki khasiat yang ampuh.
“Sejauh ini riset mengenai inovasi spray gel ekoenzim sebagai obat luka bakar masih terbilang jarang, terlebih lagi yang digunakan campuran pada ekoenzim adalah kulit salak pondoh,” ujar Haris Setiawan.
Itulah yang membuat mereka akhirnya memanfaatkan peluang yang ada untuk melanjutkan riset dengan menggunakan bahan alami yaitu kulit buah salak pondoh yang didapatkan dari daerah Sleman, Yogyakarta. Kemudian, diinovasikan dalam bentuk sediaan spray gel. Sediaan spray gel sendiri memiliki kelebihan yaitu rendahnya kontaminasi mikroba serta lebih praktis dalam penggunaan.
Riset ini memiliki latar belakang bahwa terdapat sekitar 11 juta orang menderita luka bakar setiap tahunnya, dan 180.000 di antaranya meninggal. Luka bakar termasuk kecelakaan yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Khususnya di rumah tangga, tetapi yang sering ditemukan adalah penderita luka bakar derajat II dangkal rentan iritasi, karena mengalami kerusakan epidermis sehingga meningkatkan rasa nyeri.
Alasan lain digunakannya kulit salak pondoh yaitu kandungan di dalamnya memiliki kekhasan tersendiri. Kulit salak pondoh memiliki kandungan senyawa flavonoid yang diketahui memiliki sifat antiinflamasi dan antioksidan sehingga mampu menetralisir radikal bebas dan dapat memperbaiki kerusakan sel pada kulit.
Kinasti dan tim telah membuktikan bahwa ide ampuh ini merupakan inovasi yang sangat berpotensi. Mereka telah melakukan serangkaian uji, di antaranya uji flavonoid, uji antioksidan, uji antibakteri, dan uji kualitas spray gel. Harapannya riset yang dikembangkan ini dapat terus berlanjut sehingga spray gel yang dibuat akan mendapatkan layak beredar. Info selengkapnya dapat diakses melalui Instagram: https://www.instagram.com/pkmre.ekoenzim, dan TikTok: https://www.tiktok.com/@pkmre.ekoenzim. (Dilla)