Menuju Hidup Sehat dan Tenteram Menurut Ajaran Islam

Ceramah di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto. Faiq)
Ceramah Tarawih di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pada Sabtu, 22 Maret 2025 menghadirkan Prof. Dr. Waharjani, M.Ag sebagai pemateri. Ia merupakan dosen Program Studi Magister Pendidikan Agama Islam, yang kali ini membahas tentang “Menuju Hidup Sehat dan Tenteram Menurut Ajaran Islam”.
Ia mengatakan, ada empat hal yang menjadikan manusia dapat meraih hidup tenteram, yaitu sehat, cukup rezeki, rumah tangga rukun, dan tawakal pada Allah Swt. karena dengan tawakal Allah akan melengkapi semua keperluan hamba-Nya. Sementara itu, ada hal yang menyebabkan kehidupan manusia tidak tenteram. Di antaranya ialah sakit atau tidak sehat terutama apabila diri sendiri maupun salah satu anggota keluarga terkena penyakit terutama ialah ayah dan ibu, kurang rezeki, dan antaranggota keluarga tidak rukun.
Ustaz Waharjani menyampaikan tips untuk tetap sehat. Bangun tidur dengan berdoa kemudian menjulurkan lidah 10 kali, lalu berjinjit 8 kali, selanjutnya melakukan aktivitas yang lain. Dalam mengkonsumsi makanan, sebaiknya yang halal lagi baik, serta sebagai manusia kita mengupayakan cerdik. Cerdik yang dimaksud adalah cek kesehatan secara rutin, enyahkan asap rokok, rutin berolahraga, diet dengan berpuasa sunnah, istirahat yang cukup yakni dengan istirahat yang direncanakan, kelola stres, hindari marah, dan banyak sabar.
Ia pun membahas tentang upaya mencegah penyakit sesuai dengan kitab Thibbun Nabawi. Sehat menurut Rasulullah yaitu dengan melakukan puasa sunnah sesuai teori autophagy (memakan diri sendiri), pengobatan bekam, dan salat malam secara rutin. Salat ini akan berdampak baik pada tiga unsur darah yakni tekanannya normal, hemoglobin tercukupi, dan trombositnya terpenuhi. Selanjutnya mengkonsumsi habatus sauda dan madu secara rutin, serta berzikir dan berdoa.
Sementara itu, kekurangan rezeki dapat menyebabkan iman manusia menjadi lemah, sulit melaksanakan syariat dengan baik, dapat menjatuhkan seseorang pada meminta-minta, menipu, bahkan mencuri. Rasulullah bersabda mengenai seseorang yang meminta-minta ini. “Barang siapa membuka pintu meminta-minta, maka Allah membukakan pintu kefakiran untuknya di dunia dan di akhirat dan barang siapa membuka pintu memberi karena mengharap rida Allah, maka Allah akan membukakan pintu kebaikan di dunia dan akhirat” (HR. Ibnu Jarir). Maka, dari hadis tersebut dapat disimpulkan bahwa meminta-minta merupakan hal yang sangat dilarang Rasulullah.
Selain itu, Ustaz Waharjani memberikan kiat guna meraih rezeki yang melimpah, ialah dengan senantiasa membiasakan beristigfar kepada Allah Swt., bertakwa, suka bersilaturahmi, senantiasa menyengaja berdoa memohon rezeki kepada Allah dengan melaksanakan berbagai ibadah yang disunnahkan, senantiasa bersedekah dengan ikhlas dan tidak suka meminta-minta, dan terakhir bekerja keras dengan niat sebagai ibadah pada Allah Swt.
Tidak ketinggalan, pada kesempatan itu juga disampaikan tentang rumah tangga yang rukun. Guna meraih keluarga yang rukun, diperlukan komunikasi yang baik. Meneladani perilaku Nabi Muhammad juga merupakan salah satu upaya dalam meraih keluarga yang rukun. Selain itu, perlu mewujudkan keluarga rukun dapat dijadikan sebagian cita-cita dan harapan keluarga. Kebutuhan hidup keluarga yang terpenuhi juga sebagai salah satu penunjang dalam hal ini.
Kiat terakhir dalam mewujudkan keluarga yang rukun ialah melakukan tujuh kebiasaan baik. Di antaranya salat wajib di awal waktu secara berjamaah di masjid, membiasakan berpuasa sunnah, membiasakan membaca Al-Qur’an, membiasakan berinfak dan bersedekah dengan ikhlas, membiasakan berdoa dan berzikir, membiasakan berkata yang baik dan berpikiran positif, serta membiasakan thalabul ilmi dan mengamalkan ilmu.
Terakhir, dalam menuju hidup sehat dan tenteram ialah tawakal kepada Allah Swt. Dengan begitu, maka akan dicukupkan segala kebutuhan kita. Kita pun dapat mewujudkan baiti jannati yang artinya rumahku surgaku dan juga akan terwujud keluarga yang sakinah mawadah warahmah. (Faiq)