Menyemai Sila Pertama, Menuai Takwa

Khutbah Jumat Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto. IC UAD)
Sebagai warga negara yang baik, sebagian besar dari kita mungkin berpikir bahwa menjalankan dasar negara, yaitu Pancasila, adalah hal yang benar. Tentu saja, menaati dasar negara merupakan bagian dari tanggung jawab moral dan spiritual kita. Sila pertama dalam Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa, tidak hanya menjadi fondasi hukum dan kenegaraan, tetapi juga menjadi pijakan spiritual utama bangsa Indonesia.
Melalui khotbah Jumat pada Jumat, 6 Juni 2025, di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Ustaz Diyan Faturrahman, S.Ag., M.Pd., mengingatkan bahwa ketika sila pertama ditegakkan dengan sungguh-sungguh, maka sila-sila lainnya akan mengikuti dan membentuk masyarakat yang adil, beradab, dan bersatu.
“Ketuhanan Yang Maha Esa adalah akar dari semua nilai kebangsaan. Jika kita menguatkan akar ini, maka bangsa kita akan tumbuh kokoh dan berbuah kebaikan,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa pengakuan terhadap kekuasaan Allah Swt. adalah inti dari tauhid yang murni, yang tidak hanya sebatas ucapan, tetapi harus terwujud nyata dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam ibadah maupun dalam sikap sosial.
Takwa adalah sebaik-baik bekal dalam menapaki kehidupan dunia. Sebuah bentuk penghambaan dan ketaatan total yang menjadikan manusia lebih bijak dalam bertindak dan lebih lurus dalam bersikap.
Menjelang akhir khotbahnya, ia menyampaikan bahwa tidak perlu risau terhadap penilaian manusia. “Orang yang mencintaimu tidak butuh penjelasan dan orang yang membencimu tidak akan percaya penjelasan apa pun. Maka, kita perlu memperbaiki hubungan dengan Allah karena itulah yang utama bagi kita.” (Lin)