Pemanfaatan AI dalam Menulis Karya Ilmiah: Sebuah Kemajuan atau Kemunduran?

Pelatihan Pemanfaatan AI dalam Menulis Riset, Buku, dan Artikel Ilmiah di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto. Festyanove)
Fakultas Sastra, Budaya, dan Komunikasi (FSBK) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) bekerja sama dengan Penerbit Bintang Semesta Media (BSM) menggelar pelatihan bertajuk “Pelatihan Pemanfaatan AI dalam Menulis Riset, Buku, dan Artikel Ilmiah”. Kegiatan yang berlangsung di Aula Lantai 1 Islamic Center UAD ini menghadirkan para narasumber dari kalangan penerbit serta akademisi.
Acara dibuka oleh Yusuf Efendi selaku perwakilan ikatan penerbit, diikuti pemaparan dari Nur Rahmawati selaku perwakilan penerbit BSM. Ia menegaskan bahwa kegiatan ini dilatarbelakangi oleh kekhawatiran terhadap penggunaan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) di kalangan mahasiswa. Selain sebagai ajang diskusi akademik, acara ini juga bertepatan dengan peringatan hari lahir Penerbit BSM.
Etika Pemanfaatan AI dalam Dunia Akademik
Wajiran, M.A., Ph.D., Dekan FSBK UAD, memaparkan bahwa generative AI dapat dimanfaatkan di pendidikan tinggi untuk membantu pembelajaran, riset, dan publikasi, asalkan penggunaannya etis, transparan, dan bertanggung jawab. AI tidak boleh menggantikan peran utama akademisi dalam berpikir kritis, menganalisis, dan menghasilkan karya yang memenuhi standar akademik serta menjaga integritas ilmiah.
Beliau menjelaskan beberapa kegunaan AI, antara lain membantu riset awal dan kajian pustaka, menyusun struktur dan ide, memeriksa tata bahasa akademik, menganalisis dan memvisualisasikan data, serta menyusun abstrak dan kesimpulan. Namun, kesalahan penggunaan seperti plagiarisme, ketergantungan penuh, atau tidak memverifikasi informasi harus dihindari.
Wajiran juga menegaskan bahwa penggunaan AI perlu diungkapkan secara jelas pada metodologi, ucapan terima kasih, atau catatan penulis. Perguruan tinggi pun dianjurkan untuk membuat kebijakan internal terkait batasan dan pengawasan. Ia menambahkan bahwa AI hanyalah alat bantu, sebagaimana perangkat lain seperti SPSS, NVivo, maupun Grammarly. “Data adalah kunci dasar validitas karya ilmiah,” ujarnya.
Penerbitan Buku di Era AI
Joko Irawan Mumpuni, Direktur Penerbit Andi, menyoroti tantangan penerbitan buku kampus di era AI, termasuk pertanyaan apakah akademisi diperbolehkan menulis dengan bantuan AI. Ia mengingatkan ciri-ciri penerbit yang patut diwaspadai, seperti hanya bertindak sebagai perantara (broker) naskah, tidak memiliki alamat jelas, atau tidak ada perjanjian penerbitan yang memadai.
Joko juga memaparkan jenis naskah yang cenderung diminati pasar dan proses kreatif yang kini berorientasi pada prinsip 5W+2H, yaitu What, Who, Where, Why, When, How, dan How Much, dengan penekanan pada How Much. Menurutnya, menulis buku dapat memberikan manfaat finansial, peningkatan karier, pemenuhan kebutuhan batin sebagai karya monumental, hingga reputasi akademik.
Acara ditutup dengan kutipan inspiratif dari Al-Ghazali yang disampaikan oleh Joko, “Bila kau bukan anak raja, juga bukan anak ulama besar, maka menulislah.”
Dengan pelatihan ini, diharapkan sivitas akademika UAD dapat memanfaatkan AI secara bijak untuk mendukung karya ilmiah berkualitas tanpa mengorbankan etika dan integritas akademik. (anove)