Saatnya Dakwah Islam Menyasar Ruang Publik
Modern ini dakwah Islam harus hadir dalam ruang-ruang yang lebih luas, salah satunya melalui jalur audio visual. Muhammadiyah sudah memiliki beberapa film bertajuk dakwah Islam yakni Sang Pencerah, Catatan si Anak Kampung, 2 Ulama, Nyai Ahmad Dahlan, dan Buya Hamka.
Mengapa dakwah Islam harus menyapa ruang-ruang publik? Dalam ceramah di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Ustaz H. Hendra Darmawan, S.Pd., M.A. selaku Kepala Bidang Kaderisasi Lembaga Pengembangan Studi Islam (LPSI) UAD mengatakan bahwa pewarisan nilai dan girah perjuangan para syuhada, dalam konteks keindonesiaan maupun global, perlu dihadirkan sebagai wadah untuk belajar dan menggali spirit perjuangan para tokoh Islam yang lebih efektif serta inovatif.
“Oleh karena itu kita juga turut memiliki tanggung jawab untuk mendukung dakwah audio visual tersebut, karena di mana pun berada kita harus bertanggung jawab atas keislaman ruang dan tempat itu. Ruang publik harus kita isi walau hanya dengan 1 ayat. Kita harus berupaya menjadi bagian yang menguatkan misi kerisalahan ini, misi dakwah ini,” ungkapnya.
Dalam sebuah hadis menyatakan bahwa “Akan tetap ada segolongan umat yang akan mempertahankan kebenaran sampai hari kiamat”. Lantas pertanyaannya, apakah sudah pasti kita termasuk ke dalam golongan yang meneguhkan misi kerisalahan tersebut? Kemudian Ustaz Hendra menegaskan bahwa persaudaraan umat Islam sungguh mulia karena keimanan. Jadi jangan malah umat Islam berkumpul tetapi cerai berai, karena umat Islam hadir sebagai seorang muslim yang hatinya terpaut kuat karena jalinan keimanan.
Dalam tafsir As-Sulami diterangkan bahwasanya Allah mempertautkan hati-hati para rasul karena kerisalahannya, Allah juga mempertautkan hati para Nabi karena pesan nubuwatnya, Allah mempertautkan hati para syuhada karena kesaksiannya. Allah juga pertautkan hati para pejuang kebenaran itu dengan kebenaran dari Allah, dan Allah mempertautkan hati umat Islam karena hidayah dari Allah.
Upaya untuk memperteguh keimanan sebagai bentuk hidayah dari Allah tersebut, umat Islam kini makin kuat dan makin mantap di saat serangan untuk mendegradasi keimanan dihantam dari segala penjuru. Sekali lagi, umat Islam harus kembali kepada Allah dan berhusnuzan kepada-Nya.
“Modali tas yang kita miliki dengan belajar dari mereka tegas demikian rupa, dengan belajar dari orang terdekat, para pejuang yang menghayati etape demi etape mengapa bersikap tegas demikian rupa. Kiranya dengan itu kita tidak menjadi muslim-muslim yang gamang menghadapi tantangan dakwah saat ini,” tegasnya.
James Rush, seorang sejarawan asal Amerika, sangat tergugah untuk meneliti tentang Buya Hamka. Tidak kurang dari 30 tahun ia meneliti seorang Buya Hamka mulai dari pemikiran, pergumulan, perjalanan hidupnya, dan lain-lain sampai penelitian tersebut selesai dan kita dapat menikmati hasil penelitian tersebut dengan judul Adi Cerita Buya Hamka yang merupakan terjemahan dari Hamka’s Great Story.
“Kalau seorang James Rush saja begitu terbuka, bangga, serta kagum terhadap tokoh ulama Islami atau Ketua MUI pertama di Indonesia itu, lalu bagaimana dengan kita? Mudah-mudahan kita bisa lebih dari itu,” pungkas Ustaz Hendra. (SFL)