Strategi Membangun Generasi Adaptif dan Kompetitif

Muh. Rayhan Maulana Pemateri Bootcamp Konselor Sebaya Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Dok. PKK Bimawa)
Dalam realitas pendidikan tinggi yang semakin kompetitif, menjadi mahasiswa aktif tidak lagi sekadar pilihan, melainkan kebutuhan strategis untuk membentuk individu yang adaptif dan siap menghadapi kompleksitas dunia nyata. Pada sesi Bootcamp Konselor Sebaya Tingkat Program Studi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) 2025 yang berlangsung di Hotel Wisma Sargede, Yogyakarta, pada Minggu, 27 April 2025, Muh. Rayhan Maulana memaparkan urgensi keterlibatan mahasiswa dalam berbagai aktivitas kampus, baik akademik maupun non-akademik.
Mahasiswa aktif diartikan sebagai sosok yang tidak hanya memenuhi kewajiban akademis di ruang kuliah, tetapi juga mengambil peran dalam kegiatan seperti organisasi, seminar, lokakarya, dan berbagai bentuk kegiatan sosial. Pemahaman ini sejalan dengan teori konstruktivisme sosial dalam psikologi pendidikan, yang menyatakan bahwa pembelajaran sejati terjadi melalui pengalaman langsung dan interaksi sosial yang dinamis.
Keterlibatan aktif dalam kehidupan kampus memberikan dampak signifikan terhadap pengembangan keterampilan kepemimpinan, perluasan jaringan sosial, serta penguatan karakter pribadi. Melalui pengalaman berorganisasi, mahasiswa ditempa untuk menjadi pribadi yang mandiri, bertanggung jawab, dan berdisiplin. Selain itu, keterlibatan ini membuka akses yang lebih luas terhadap peluang magang dan karier, memperkaya etika kerja, serta mempersiapkan individu menghadapi tantangan masa depan dengan lebih matang. Semua ini sejalan dengan prinsip psikologi positif yang menekankan pentingnya pengembangan kekuatan individu untuk mencapai keberfungsian optimal.
Namun demikian, rendahnya minat mahasiswa untuk terlibat aktif masih menjadi fenomena yang perlu dicermati. Faktor-faktor seperti persepsi bahwa kegiatan kampus tidak relevan, padatnya jadwal perkuliahan, kurangnya informasi tentang peluang keterlibatan, minimnya kepercayaan diri, keterbatasan fasilitas, hingga pengalaman negatif di masa lalu, menjadi penghalang utama. Dalam perspektif psikologi motivasi, hambatan-hambatan ini mencerminkan adanya tantangan baik dari sisi intrinsik maupun ekstrinsik yang membutuhkan intervensi yang bijaksana.
Untuk membangkitkan kembali semangat keterlibatan, strategi-strategi adaptif diperlukan. Mahasiswa didorong untuk memilih kegiatan yang sesuai dengan minat personal mereka, mengelola waktu secara efektif, membangun relasi yang suportif dengan dosen serta teman sejawat, aktif menghadiri orientasi maupun acara kampus, serta secara konsisten mengikuti pelatihan dan pengembangan diri. Dengan demikian, keterlibatan di kampus bukan hanya menjadi bentuk aktualisasi diri, tetapi juga sarana membangun kompetensi profesional dan karakter tangguh.
Melalui pendekatan yang integratif tersebut, mahasiswa diharapkan mampu membentuk identitas akademik dan sosial yang solid, serta menginternalisasi nilai-nilai kemandirian, kepemimpinan, dan resiliensi. Keterlibatan aktif di kampus menjadi fondasi penting untuk membangun generasi mahasiswa UAD yang bukan hanya berprestasi dalam bidang akademik, tetapi juga mampu berkontribusi nyata dalam kehidupan bermasyarakat. (Mawar)