Olah Limbah Rumah Tangga Menggunakan Magot
Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang tergabung dalam Kuliah Kerja Nyata (KKN) Reguler Periode 101 Unit VI.D.1 mengadakan sosialisasi dan praktik pengolahan limbah rumah tangga dengan media magot kepada masyarakat Dusun Karangasem, Palbapang, Bantul (21-2-2023). Pada kegiatan tersebut perwakilan dari INOFARM hadir sebagai pengisi materi.
Pengelolaan sampah masih menjadi tantangan besar bagi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), terutama dengan volume sampah yang makin meningkat. Pada tahun 2021, limbah rumah tangga di DIY terhitung mencapai 1.606,21 ton. Jumlah tersebut juga terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun hingga sekarang.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, tim KKN UAD mengajak masyarakat untuk mengolah sampah rumah tangga menjadi pupuk organik dengan bantuan magot. Magot dihasilkan dari telur lalat tentara hitam atau Black Soldier Fly (BSF) yang mampu mendegradasi sampah organik. Proses biokonversi yang dilakukan oleh magot dinilai lebih cepat, tidak berbau, dan aman bagi kesehatan manusia.
Agung dan Basith, perwakilan dari INOFARM, kemudian menjelaskan terkait praktik pengelolaan sampah menggunakan ember tumpuk dengan magot sebagai pemakan utama sampah. Pertama, masukkan limbah organik ke dalam ember. Kedua, masukkan fermentasi dedak sebagai pemicu agar magot memakan sisa makanan dengan lahap. Kuantitas sampah yang dimasukkan tidak boleh lebih dari 15 cm, sebab akan mengakibatkan magot kehabisan oksigen.
Setelah itu, tunggu sekitar 2 bulan agar ember tumpuk dapat menghasilkan cairan pupuk dari hasil fermentasi sampah. Selanjutnya, cairan pupuk juga masih harus dijemur selama 1‒2 minggu agar siap untuk digunakan. “Pada dasarnya, praktik ini mudah untuk dipelajari dan diterapkan. Jadi dapat membantu meminimalisasi sampah organik dalam rumah tangga,” terang Basith.
Alih-alih hanya dibiarkan dan menumpuk, sampah rumah tangga dapat dimanfaatkan dan diolah menjadi sesuatu yang memiliki nilai jual tinggi. Melalui kegiatan ini, warga diharapkan dapat mengenal dan memiliki wawasan baru terkait alternatif pengelolaan sampah yang mudah. Dengan demikian, volume sampah yang dihasilkan bisa berkurang sedikit demi sedikit. (tsa)