Mukmin yang Sukses dalam Perspektif Al-Qur’an
Kajian Rutin Ahad Pagi yang terselenggara di Islamic Center (IC) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) berlangsung secara luring di kompleks Masjid IC UAD serta disiarkan langsung pada kanal YouTube Masjid Islamic Center UAD. Pemateri kali ini adalah Dadi Nurhaedi, S.Ag., M.Si. yang merupakan dosen di UAD pengampu mata kuliah Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK).
Menurut penuturan Dadi, ada beberapa upaya yang dilakukan agar dapat menjadi mukmin yang sukses menurut pandangan Al-Qur’an. Secara sederhana sukses dapat diartikan bahagia atau beruntung apa pun keadaannya. Kesuksesan tidak diukur dengan hal-hal duniawi saja. Bagi seorang mukmin, kesuksesan paling penting dan pokok ialah dapat sukses dunia dan akhirat.
Al-Qur’an surat Al-Mukminun ayat 1–12 menjelaskan bahasan penting mengenai orang yang sukses. Pertama, orang yang khusyuk dalam salatnya. Salat merupakan suatu amalan sangat penting karena merupakan ibadah yang ditunjukkan secara langsung dengan gerakan dan bacaan kepada Allah Swt. Dadi menjelaskan khusyuk merupakan memusatkan perhatian dan konsentrasi hanya kepada Allah Swt semata. Salah satunya dengan cara memahami apa yang dibaca, melakukan gerakan salat secara tumakninah, merasa disaksikan, serta bertemu dan diawasi oleh Allah Swt.
“Khusyuk dalam salat merupakan sesuatu hal yang sangat penting karena sebenarnya dapat menjadi solusi permasalahan hidup. Caranya, jangan anggap salat sebagai beban tetapi anggaplah sebagai sebuah kebutuhan niscaya kita tidak akan terbebani,” jelasnya.
Kedua, orang yang mampu menjauhkan diri dari hal yang sia-sia atau tidak bermanfaat. Macamnya bisa berupa perkataan dan perbuatan, serta tidak membuat dirinya larut dalam hal yang sia-sia. Dalam Al-Qur’an lebih banyak dijelaskan pekerjaan yang berkaitan dengan lisan. Banyak waktu yang tercuri dari kita misalnya menonton sinetron, merumpi, bermain gim hingga melalaikan waktu salat, dan sebagainya.
Ketiga, orang-rang yang menunaikan zakat. Secara bahasa, zakat dapat diartikan sebagai tumbuh dan berkembang. Seseorang yang berzakat maka jiwanya akan suci. Selain itu, sikap rakus, pelit, dan egois dapat terhapuskan dengan berzakat.
Keempat, orang yang data menjaga kemaluannya agar tidak sampai melanggar norma agama. Kelima, orang yang bisa menunaikan amanah dan tanggung jawab. “Semua orang memiliki tugas dan tanggung jawab. Contohnya orang tua memiliki amanah untuk mendidik anak, ayah memiliki amanah untuk memberi nafkah kepada keluarga, seorang mahasiswa memiliki amanah untuk belajar dengan giat agar kelak bermanfaat untuk orang banyak,” lanjut Dadi.
Terakhir, orang yang bisa menjaga salatnya. Maksudnya ialah, salat sesuai dengan waktunya, memahami dan merasakan bacaan serta gerakan salat yang dilakukan, merasakan hadirnya Allah Swt., dan berusaha mengenakan pakaian yang baik yang dimilikinya.
“Kita memang telah menjadi mukmin, tetapi hendaknya yang diinginkan ialah mukmin yang sukses, beruntung, bahagia, dan selamat baik di dunia maupun di akhirat. Sesungguhnya hal tersebut bisa diraih oleh semua orang dengan tekad dan usaha yang sungguh-sungguh. Karena mereka itulah orang yang akan menempati surga Firdaus. Surga yang tingkatan levelnya sangat tinggi. Di dalamnya, mereka akan merasakan kenikmatan yang luar biasa tidak ada tandingannya. Mudah-mudahan kita dapat menjadi orang yang memiliki kesalehan terhadap Allah Swt. dan kesalehan kepada manusia. Mari maksimal kesempatan yang masih ada untuk senantiasa berusaha dan berlomba menjadi mukmin yang sukses.” (ctr)