Kaum Milenial Penentu Peradaban Islam Masa Depan
Masjid Islamic Center (IC) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menyelenggarakan kajian dengan tema “Kaum Milenial sebagai Harapan Penentu Peradaban Islam di Masa Depan”. Tema tersebut dibawakan oleh Ustaz Drs. H. Anhar Anshori, M.S.I., Ph.D.
“Apa yang terlintas di pikiran Anda ketika mendengar milenial? Tentu pikiran kita akan merujuk kepada anak muda yang tidak bisa dipisahkan dari teknologi,” ucap Anhar.
Pertanyaan tersebut disampaikan oleh Anhar yang juga menjabat sebagai Kepala Lembaga Pengembangan Studi Islam (LPSI) UAD. Jika kita merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti milenial ialah orang atau generasi yang lahir pada tahun 1980-an dan 1990-an: kehidupan generasi, tidak dapat dilepaskan dari teknologi informasi, terutama internet.
Lekatnya kaum milenial dengan teknologi apakah menjadikan mereka tidak bisa menciptakan peradaban Islam di masa depan? Tentu saja sangat bisa. Namun, sebelum jauh memikirkan hal itu mari kita tengok pemuda di zaman ini. Mereka banyak yang tidak memahami akan syariat yang Allah Swt. turunkan. Malas menjalankan perintah Allah Swt. dan enggan menjalankan sunah Nabi.
Ada 3 upaya yang harus diperbaiki terlebih dulu dari kaum milenial saat ini. Pertama, kaum milenial harus mampu mengupayakan tegaknya tiang agama. Kedua memiliki semangat dan tekad kuat mempelajari syariat Islam. Ketiga, memiliki ilmu pengetahuan yang luas.
Poin pertama harus mampu mengupayakan tegaknya tiang agama. Tiang agama umat Islam ialah salat. Hal ini berdasarkan sebuah hadis Nabi yang berbunyi, “Pangkal atau pokok semua urusan adalah Islam, dan yang menjadi tiang atau penopang tegaknya Islam ialah salat fardu 5 waktu, sedangkan puncaknya adalah berjuang di jalan Allah.” (H.R. Buhkari dan Muslim).
Lebih lanjut, Anhar menjelaskan, “Ibarat sebuah bangunan yang kokoh lagi megah, tetapi jika tiangnya tidak ada maka ia akan roboh. Begitulah kiranya gambaran seorang yang tidak menegakkan salat. Perkara ini sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh Baihaqi, ‘Barang siapa yang mendirikan salat maka ia menegakkan agama. Sebaliknya, barang siapa yang meninggalkannya maka ia telah merobohkan agama’.”
Poin kedua memiliki semangat dan tekad kuat mempelajari syariat Islam. Hal ini tidaklah terasa berat bagi seorang muslim karena mempelajari ilmu agama merupakan kewajiban. Sesuai dengan hadis Nabi yang berbunyi, “Mencari ilmu (agama) itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun perempuan.” (H.R. Ibnu Abdil Barr). Selain itu dalil yang menunjukkan pentingnya mempelajari syariat Islam terdapat pada Surah Al-Mujaddalah ayat 11. Ayat ini, kurang lebih menceritakan semangat dalam menuntut ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum (dunia) serta berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan dan melakukan segala perbuatan sesuai dengan perintah Allah Swt.
Poin terakhir, memiliki ilmu pengetahuan yang luas. Perintah ini terdapat pada Al-Qur’an Surah Al-Alaq ayat 1–5. Di dalamnya terdapat perintah untuk terus mempelajari ilmu pengetahuan dengan membaca. “Barang siapa yang hendak menginginkan dunia, maka hendaklah ia menguasai ilmu. Barang siapa menginginkan akhirat hendaklah ia menguasai ilmu, dan barang siapa yang menginginkan keduanya (dunia dan akhirat) hendaklah ia menguasai ilmu.” (H.R. Ahmad). Harapannya, dengan diamalkannya 3 poin yang sudah dijelaskan tadi, nantinya akan terwujud peradaban Islam yang maju dan mencerahkan yang tentunya menyejahterakan seluruh umat Islam dipimpin anak muda milenial saat ini.
“Terakhir pesan saya terkhusus mahasiswa maupun pelajar, belajarlah yang serius, tekun, dan ulet. Jadilah mahasiswa yang amanah. Pergunakan fasilitas yang diberikan orang tua dengan baik dan jujur. Jaga pergaulan sesama teman. Buat perubahan di masyarakat dan tunjukkan bahwa Anda dapat berguna di masyarakat dengan ilmu yang sudah didapat di bangku perkuliahan.” tutupnya. (ctr)