SMK Harus Tanggap Peluang dan Tantangan di Pasar Global
Sabtu, 4 Agustus 2023, Program Studi Pendidikan Vokasional Teknologi Otomotif (PVTO) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menggelar kuliah umum dengan tema “Pendidikan Vokasional Tantangan dan Peluang di Pasar Global”. Digelar di Amphitarium Gedung Utama Kampus IV UAD, bincang ilmu tersebut menghadirkan langsung Dr. Wardani Sugiyanto, M.Pd. yang merupakan Direktur Sekolah Menengah Kejuruan, Ditjen Pendidikan Vokasi, dengan dimoderatori oleh Dr. Budi Santosa, M.Pd. yakni Ketua Program Studi PVTO UAD.
Wakil Rektor Bidang Akademik UAD, Rusydi Umar, S.T., M.T., Ph.D., dalam sambutannya mengatakan bahwa selain terdapat banyak peluang, banyak pula tantangan bagi Pendidikan Vokasi. Sebagai program pendidikan yang lebih mengutamakan keterampilan di samping akademiknya, Pendidikan Vokasi berfokus pada penguasaan keahlian terapan tertentu dan berorientasi pada keahlian maupun kepakaran yang khas serta berkemampuan untuk mempersiapkan tenaga yang mampu bersaing secara global dan siap bekerja. Hal itu menuntut para siswa untuk lebih banyak praktik daripada teori.
“Bahkan ada yang mengatakan praktik itu 70 persen dan 30 persennya adalah teori. Ini merupakan tantangan yang cukup berat bagi SMK Kejuruan. Tentunya untuk bisa siap kerja harus ada penghubung antara industri dan pendidikan, harus melalui praktik yang lebih banyak. Praktik yang sesuai kondisi asli di dunia industri, itu yang disebut dengan teaching factory,” kata Rusydi.
Membawa lingkungan pendidikan ke dunia kerja tentu tidak mudah. Melalui kuliah umum yang juga dihadiri oleh kepala sekolah, guru, siswa SMK, dan mahasiswa Vokasi ini, dikupas tuntas peluang serta tantangan yang ada di dunia vokasi di pasar global secara lebih mendalam serta cara menghadapinya. Dibahas pula profil SMK secara nasional dan transformasi Pendidikan Vokasi.
Dalam bahasannya, Wardani mengatakan bahwa profil pekerjaan di masa depan akan sangat berubah, seiring dengan makin majunya teknologi, terutama robot. Selain itu, berdasarkan data yang ia paparkan diproyeksikan pada tahun 2030 akan terjadi kekurangan sebanyak 47 juta talenta digital di kawasan ini. Untuk level nasional, tercatat setidaknya 50 persen dari tenaga kerja baru memiliki keterampilan digital tingkat dasar dan menengah.
“Oleh karena itu, berasal dari konsentrasi atau keahlian apa pun, skill digital tetap harus ditingkatkan, jangan sampai ditinggalkan. Sebab, itu akan sangat memengaruhi dan memberikan fleksibilitas para siswa dan mahasiswa nanti setelah bekerja.”
Lebih lanjut, Direktur SMK Ditjen Pendidikan Vokasi itu juga menjelaskan terkait arah perubahan sistem pendidikan di masa depan mencakup ekosistem, guru, pedagogi, kurikulum, juga sistem penilaian.
“Perubahan perlu berorientasi pada peserta didik agar mereka memiliki keterampilan adaptif terhadap perkembangan informasi dan teknologi, serta tantangan dunia kerja,” tegasnya.
Didampingi itu, faktor-faktor penting dalam pengembangan SMK yaitu kepala sekolah harus secara kreatif memiliki kepemimpinan, sekolah secara menyeluruh dan mendalam selaras dengan dunia industri, serta memiliki keterserapan lulusan yang tinggi. Guru SMK, implementasi link and match substantive, teaching factory, serta memanfaatkan Kurikulum Merdeka.
Prinsip pembelajaran juga harus dirancang dengan mempertimbangkan tahap perkembangan dan tingkat peserta didik. Selain itu, dilaksanakan untuk membangun kapasitas agar menjadi pembelajar sepanjang hayat, mendukung perkembangan kompetensi dan karakter peserta didik secara holistik, dirancang sesuai konteks, lingkungan, dan budaya peserta didik, serta berorientasi pada masa depan yang berkelanjutan. (Eka)