Perintah Beramal Saleh pada Bulan Dzulhijjah
Takmir masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) kembali mengadakan salat Jumat pada 7 Juni 2024, dengan khatib Fauzan Muhammadi, Lc., LL.M. yang merupakan dosen Fakultas Hukum UAD. Acara dilaksanakan di Masjid Islamic Center dan disiarkan langsung melalui YouTube Masjid Islamic Center UAD.
Memasuki bulan yang mulia yaitu Dzulhijjah, yang sering disebut dengan bulan Haji, bulan Besar, dan bulan Iduladha maka esensi Iduladha merupakan bentuk pengorbanan salah satu Nabi yang diutus Allah yaitu Nabi Ibrahim a.s. Oleh karena itu, hendaknya kita melaksanakan ibadah yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw. yakni puasa Arafah.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh sahabat Abdullah ibnu Abbas, Rasulullah saw. bersabda:
“Tidak ada hari-hari yang lebih agung di sisi Allah dan amal saleh di dalamnya lebih dicintai oleh-Nya daripada hari yang sepuluh (10 hari pertama dari Dzulhijjah), maka perbanyaklah tahlil, takbir, dan tahmid.”
Maksud dari kata “10 hari” di dalam hadis tersebut adalah 10 hari awal di bulan Dzulhijjah. Rasulullah menyampaikan hal tersebut di hadapan para sahabat, kemudian para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah apakah tidak termasuk juga di dalamnya jihad fi sabilillah? Rasul menjawab: “Tidak termasuk jihad fi sabilillah, kecuali orang-orang yang keluar dari medan laga baik itu mengorbankan nyawanya atau harta yang ia miliki dan ia tidak kembali lagi (syahid atau tewas di medan perang)”. Rasulullah menegaskan jika orang yang berperang masih diberi kesempatan oleh Allah Swt. untuk kembali kepada lingkungan keluarga dan masyarakat yang ia hidup di sekitarnya. Maka Rasulullah menegaskan untuk berbuat baik di dalamnya.
Al-‘Amalu al-Shalih yang dimaksud Rasulullah di dalam hadis adalah amalan-amalan yang dilakukan setiap hari, yakni dengan fokus niat lillahi ta’ala bukan kepada niat-niat yang lain. Contoh amalannya adalah salat yang dilakukan setiap hari, berbakti kepada kedua orang tua yang tentu saja harus dilakukan sepanjang hidup, berinfak, bersedekah, berzakat ketika sudah waktunya, atau amaliah-amaliah lainnya yang cenderung rutin untuk menjalankannya. Amalan-amalan yang telah disebutkan tadi, pahalanya akan dilipat gandakan daripada bulan-bulan yang lain.
Tidak hanya satu bulan yang dianggap mulia, ada juga bulan yang lebih mulia dari empat bulan hijriah yang telah disebutkan tadi. Sebagaimana yang disebutkan oleh Nabi yakni bulan suci Ramadan yang dianggap lebih istimewa dari empat bulan yang mulia. Maka dari itu, pada awal-awal bulan Dzulhijjah khususnya pada 10 hari pertamanya, mari bersama-sama untuk memupuk semangat dan menanamkan benih-benih amal saleh, agar mendapatkan nilai, ganjaran yang lebih, dan dapat membiasakan beramal saleh dengan diiringi niat lillahi ta’ala.
Allah Swt. berfirman dalam salah satu potongan ayatnya ketika beliau menyampaikan perintah fastabiqul khairat, yang artinya “Berlomba-lombalah kalian dalam berbuat kebaikan”. Dalam melakukan semua hal yang sifatnya khair, perlu dijadikan motivasi agar dapat menjalankan semua keseharian dengan perilaku dan tindak tanduk yang positif. Karena hal tersebut tidak hanya berdampak untuk diri sendiri, tetapi juga sebagai media dakwah dengan memberikan contoh yang baik ditujukan kepada orang-orang yang belum bisa meniru dan diharapkan menjadi perilaku positif yang menular yang diikuti oleh orang terdekat maupun yang jauh.
Marilah tanamkan kepada diri masing-masing untuk menjadikan bulan-bulan mulia sebagai penetap dalam menjalankan atau membiasakan ibadah keseharian dengan nilai amaliah saleh pada bulan-bulan yang lalu dan bukan pada bulan-bulan mulia saja. Marilah jadikan momen Jumat yang mengawali bulan Dzulhijjah ini, dengan menjadi hari yang mulia untuk mengawali bulan yang mulia dan melalui majelis ini marilah kita termotivasi untuk selalu memanjatkan doa kepada Allah Swt. (Lus)