Tiga Pelajaran Spirit Tauhid Nabi Ibrahim
Tauhid atau konsep keesaan Allah merupakan salah satu konsep penting dalam agama Islam. Namun, sebelum Islam hadir, konsep ini telah ada dalam ajaran para nabi dan rasul sebelumnya, termasuk Nabi Ibrahim a.s. Nabi Ibrahim dianggap sebagai tokoh utama dalam Islam yang mengemban misi untuk menyebarkan tauhid di tengah-tengah masyarakat yang memercayai berbagai bentuk Tuhan dan dewa.
Hal ini dibahas lebih mendalam oleh Prof. Dr. H. Dadang Kahmad, M.Si. selaku khatib salat Iduladha 1445 H yang juga merupakan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Bidang Pustaka, Informasi, dan Digitalisasi pada Senin, 17 Juni 2024. Acara yang digelar di Lapangan Bola Sisi Timur Kampus IV Universitas Ahmad Dahlan (UAD) ini diikuti oleh dosen, tenaga kependidikan, karyawan, mahasiswa di lingkungan UAD, serta masyarakat sekitar.
Pada kesempatan itu, Dadang Kahmad menyampaikan terkait tauhid aktif Nabi Ibrahim yaitu tauhid yang diiringi dengan amal shalih dan amar makruf nahi munkar. “Tauhid aktif adalah keyakinan yang disertai dengan amal saleh dan pelaksanaan amar makruf nahi mungkar. Nabi Ibrahim juga memiliki pemikiran kritis mengenai keberadaan alam semesta yang indah yang menunjukkan adanya Sang Pencipta,” jelasnya
Menurutnya, ada tiga pelajaran dari sejarah Nabi Ibrahim yang dapat diambil oleh umat Islam saat ini. Pelajaran-pelajaran tersebut adalah sebagai berikut.
Iman Harus Hidup dan Aktif
Pelajaran pertama, iman harus hidup dan aktif, bukan pasif dan statis. Iman yang aktif terwujud dalam tindakan amal sosial atau habluminannas, melakukan amar makruf nahi munkar, serta berakhlak baik dalam pergaulan dengan sesama manusia.
Aktif dalam Melakukan Pekerjaan yang Bermanfaat
Pelajaran kedua, orang beriman harus aktif dalam melakukan pekerjaan yang bermanfaat, termasuk di dalamnya memakmurkan bumi dan menjaganya dari kerusakan.
Jika Mampu, Berkurbanlah
Pelajaran ketiga, dianjurkan berkurban bagi yang mampu. Kurban merupakan salah satu bentuk kesalehan sosial yang penting dalam kehidupan beragama setiap muslim. “Barang siapa yang mampu lalu tidak berkurban maka tidak boleh mendekat ke tempat salat kami.” (HR Ahmad dan Ibnu Majah)
“Mumpung masih diberi kesempatan hidup oleh Allah yang entah sampai kapan sisa umur ini masih ada. Sungguh alangkah indahnya jika umur yang tersisa ini kita gunakan untuk hal-hal yang bermanfaat sehingga menjadi umur yang dipenuhi kasih sayang Allah, umur yang dipenuhi barakah Allah. Harta yang kita punya, mari kita gunakan untuk kepentingan kebaikan, kita gunakan untuk meraih kesenangan di akhirat yang abadi. Jangan sampai kita menyesal selamanya ketika kita berada di alam keabadian,” tutupnya. (Lid)