Menghidupkan Kembali Spirit Kepemudaan Ashabul Kahfi

Fauzan Muhammadi, Lc., LL.M., Ph.D. dalam Salat Jum’at di Masjid Islamic Center UAD (Foto. Itoshiko)
Kisah Ashabul Kahfi yang diabadikan dalam Al-Qur’an menjadi refleksi utama dalam Khotbah Jumat di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (IC UAD) pada Jumat, 18 Juli 2025. Fauzan Muhammadi, Lc., LL.M., Ph.D., selaku khatib, mengajak jemaah untuk meneladani spirit kepemudaan para penghuni gua sebagai landasan untuk menebar manfaat di lingkungan sekitar.
Fauzan, yang juga menjabat sebagai Kepala Program Studi Hukum UAD, mengawali khotbahnya dengan mengingatkan pentingnya rasa syukur dan istikamah dalam keimanan kepada Allah Swt. Ia menekankan bahwa salah satu suri teladan terbaik yang disajikan Allah dalam Al-Qur’an adalah kisah Ashabul Kahfi, yang disebutnya sebagai salah satu Ahsanul Qasas (kisah-kisah terbaik). “Allah mengisahkan kabar mereka dengan benar sebagai cerita nyata yang harapannya menjadi ibrah (pelajaran) bagi kita semua,” ungkapnya.
Dalam Surah Al-Kahfi ayat 13, lanjutnya, Allah secara spesifik menyebut para Ashabul Kahfi sebagai fityah (pemuda-pemuda). Indikator utama dari status mulia mereka bukanlah usia, melainkan karena, seperti yang difirmankan, “mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka”.
“Sifat kepemudaan inilah yang harus terus melekat pada diri kita masing-masing, tidak peduli tua atau muda. Keimanan itu tidak hanya di hati atau lisan, tetapi harus ditunjukkan dengan tindakan nyata yang berdampak bagi lingkungan sekitar,” tegasnya.
Fauzan menguraikan bahwa spirit kepemudaan (futuwah) yang dicontohkan Ashabul Kahfi memiliki tiga karakteristik utama, yakni mampu menahan diri dari perbuatan merusak (kaful adza), menjauhi hal-hal yang haram (ijtinabul maharim), dan bersegera dalam mengerjakan perbuatan mulia (isti’jalul makarim). Menurutnya, ketika keimanan sudah tertanam kuat, Allah akan menambahkan petunjuk-Nya, yang ditafsirkan ulama sebagai kemudahan untuk terus beramal saleh. Ia pun mengaitkannya dengan slogan masa kini seperti “kampus berdampak” sebagai wujud nyata dari amal yang bermanfaat.
Sebagai penutup, Fauzan mengajak seluruh jemaah untuk kembali menghidupkan semangat pemuda dalam diri, memperkuat iman kepada Allah, dan membuktikannya melalui perbuatan nyata yang bermanfaat untuk orang lain. (Ito)