Mahasiswa UAD Raih Gold Medal di National Writing Competition (NWC) Universitas Andalas 2025

Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Raih Gold Medal di National Writing Competition (NWC) Universitas Andalas 2025 (Foto. Mawar)
Prestasi membanggakan kembali ditorehkan oleh mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Tim FEEL Game yang diketuai oleh Qurrota A’yun, bersama anggota Mawar Ledya Serli, Isna Rodiana Binti Munawaroh, Ika Juni Astiti, dan Dwi Mulyadi, berhasil meraih Gold Medal dalam ajang National Writing Competition (NWC) 2025 yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Departemen Ekonomi (HMDE) Universitas Andalas bekerja sama dengan Inteleksa pada 31 Oktober-3 November 2025 di Universitas Andalas, Padang.
Dalam kompetisi tingkat nasional tersebut, tim FEEL Game mengangkat karya tulis berjudul “FEEL (Find, Explore, Express, Let Go) GAME: BlockEdu Berbasis Augmented Reality (AR) sebagai Ecotherapy Guna Menciptakan Masyarakat Gunungkidul Berkelanjutan.” Karya ini memadukan teknologi AR, pendekatan emosional, dan konsep ecotherapy sebagai inovasi preventif dalam menangani isu kesehatan mental di masyarakat, khususnya di Kabupaten Gunungkidul.
Tim FEEL Game menyoroti fenomena bunuh diri di Gunungkidul yang selama ini sering dikaitkan dengan mitos Pulung Gantung. Menurut tim, persoalan tersebut tidak hanya berakar pada kemiskinan atau kepercayaan mistis, tetapi juga mencerminkan krisis kesehatan mental yang belum tertangani secara terbuka.
Melalui pendekatan biopsikososial dan ecotherapy, inovasi FEEL Game berupaya menghadirkan solusi yang lebih manusiawi, edukatif, dan berkelanjutan, dengan memanfaatkan permainan berbasis AR sebagai sarana ekspresi emosi dan edukasi masyarakat. “Kami ingin menggeser cara pandang masyarakat bahwa kesehatan mental bukanlah aib atau kutukan budaya. FEEL Game hadir untuk membantu individu mengenali, mengekspresikan, dan memulihkan diri melalui interaksi yang menyenangkan sekaligus terapeutik,” ujar Qurrota A’yun, ketua tim FEEL Game.
Lebih lanjut, Qurrota menjelaskan bahwa permainan ini dirancang tidak hanya sebagai media hiburan, tetapi juga sebagai alat edukasi emosional dan sosial yang menumbuhkan empati, rasa percaya diri, serta koneksi yang sehat dengan alam dan komunitas. “Melalui FEEL Game, kami ingin masyarakat, khususnya generasi muda belajar bahwa proses penyembuhan bisa dimulai dari hal sederhana yaitu dengan memahami perasaan sendiri dan berani bercerita,” tambahnya.
Karya tim FEEL Game tidak hanya diapresiasi karena inovasi teknologinya, tetapi juga karena kekuatan naratif dan relevansi sosialnya. Pendekatan mereka menggabungkan riset ilmiah, kearifan lokal, dan terapi berbasis alam, sehingga dinilai mampu memberikan dampak nyata bagi masyarakat. “Gunungkidul harus menjadi pelopor dalam meretas mitos, merawat jiwa, dan menyalakan harapan baru. Melalui tulisan ini, kami ingin menegaskan bahwa setiap jiwa berharga dan berhak mendapatkan ruang aman untuk pulih,” tandas Isna. (Mawar)
