Cerita Citra, Mahasiswa Baru FK UAD Asal Papua yang Memiliki Cita-cita Mulia
Menjadi seorang mahasiswa merupakan impian besar bagi banyak orang, tak terkecuali Citra Ananda Mayretna. Alumnus SMA Negeri Oransbari ini pada akhirnya menjatuhkan pilihan pada Program Studi (Prodi) Kedokteran di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) sebagai jalan hidupnya. Walaupun telah mengalami kegagalan bekali-kali untuk masuk universitas, tak menyurutkan semangatnya untuk menjadi seorang dokter.
Mahasiswa baru angkatan 2023 itu berasal dari Oransbari, Manokwari Selatan, Papua Barat. Ia mengaku sangat senang saat dinyatakan lolos Prodi Kedokteran UAD setelah proses panjang yang ditempuh. Selain itu, penjenamaan UAD sebagai kampus yang religius membuat dirinya sangat bersyukur karena dapat mengembangkan akhlakul karimah.
“Saya sempat mendaftar di sekolah kepolisian dan beberapa universitas, tetapi belum berhasil. Akhirnya, saya memutuskan untuk mendaftar di Prodi Kedokteran UAD. Alhamdulillah, setelah menjalani seleksi administrasi hingga wawancara, hasilnya sesuai ekspektasi,” ungkapnya saat diwawancarai pada 10 September 2023.
Citra melanjutkan, “Saya menyadari bahwa pelajaran akademik saja tidak cukup, tetap harus diimbangi dengan pendalaman agama dan pembelajaran akhlak. Inilah yang menjadi alasan utama saya dan orang tua memilih UAD sebagai tempat menuntut ilmu.”
Menjadi anak rantau yang jauh dari orang tua bukanlah hal yang mudah. Belum lagi, proses penempatan diri di asrama kampus selama 1 tahun lamanya membuat Citra harus lebih fokus pada kuliahnya di tahun pertama. Namun, dinamika sosial yang berbeda antara Jawa dan Papua tak menghalangi cita-citanya yang mulia.
Distribusi tenaga kesehatan di daerah tempat tinggal Citra tidak merata, bahkan terbilang sangat terbatas. Untuk memenuhi akses pelayanan kesehatan di setiap desa, pemerintah harus mengambil sumber daya kesehatan dari luar daerah. Padahal, kesehatan menjadi hak mendasar bagi setiap orang yang wajib dipenuhi termasuk di daerah pedalaman.
“Jumlah tenaga kesehatan (nakes) yang merupakan putra-putri daerah Manokwari Selatan tidak cukup memenuhi kebutuhan masyarakat di bidang kesehatan. Selain itu, akses menuju rumah sakit besar memerlukan waktu 2 jam. Hal tersebut membuat saya tertegun dan berkomitmen untuk menjadi seorang dokter,” tegas Citra.
Lamanya waktu pendidikan dokter tak membuat Citra gentar. Ia justru ingin mengeksplorasi lebih banyak tentang dunia perkuliahan dan kegiatan pengembangan mahasiswa melalui Program Pengenalan Kampus (P2K). Di akhir sesi wawancara, ia berharap agar segala rencananya berjalan lancar dan siap berkontribusi bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat Papua. (Ish)