D’Masive: Bedah Buku Pendidikan yang Membebaskan oleh Paulo Freire

Sesi Presentasi DMasive oleh IMM PBII dan EDSA Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto Ika)
Diskusi Mahasiswa Progressive (D’Masive) program kerja (proker) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah gabungan yang terdiri atas Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), Pendidikan Bahasa Inggris (PBI), dan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), atau yang biasa disebut dengan IMM PBII Universitas Ahmad Dahlan (UAD), sukses dilaksanakan pada 12 April 2025. Mereka bekerja sama dengan Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) PBI (EDSA) UAD dalam membedah Bab I buku dengan judul Pendidikan yang Membebaskan karya Paulo Freire. Presentasi bedah buku ini dilakukan oleh dua anggota IMM PBII dan dua anggota EDSA.
Pada pembedahan buku tersebut, dipaparkan mengenai pengertian dari masyarakat transisi yaitu masyarakat yang mengalami perubahan dari bentuk satu ke bentuk lain. Dalam konteks buku, masyarakat yang digunakan sebagai contoh adalah masyarakat Brasilia pada tahun 1950 dan awal 1960-an. Masyarakat transisi pada dasarnya memiliki kesadaran untuk tumbuh, tetapi belum dapat sepenuhnya kritis terhadap permasalahan yang terjadi.
Dipaparkan juga mengenai peran manusia sejatinya yaitu sebagai sumber perubahan. Manusia bukan hanya objek yang dikenai, tetapi merupakan subjek yang merdeka dalam melakukan perubahan. Perubahan tersebut harus dimulai dari diri sendiri dengan menumbuhkan sebuah kesadaran.
Selain itu, selama ini pendidikan sering disalahartikan sebagai tempat guru untuk mentransfer ilmu dan berperan aktif dalam pembelajaran. Sedangkan siswa, mereka memegang peran pasif sebagai penerima ilmu saja. Padahal, sejatinya yang belajar adalah keduanya baik itu guru maupun siswa.
Dijelaskan pula mengenai perkembangan kesadaran masyarakat transisi yang bermula dari kesadaran semiintransitif yaitu kurangnya kesadaran masyarakat sehingga tidak dapat memahami masalah-masalah yang berada di luar kebutuhan biologis. Dilanjutkan dengan kesadaran transitif-naif yang mana masyarakat sudah dapat diajak menganalisis sebuah permasalahan tetapi belum secara kritis sehingga masih banyak adanya debat kusir. Kemudian kesadaran transitif-naif ini dapat berkembang menjadi transirif-kritis yang mana masyarakat dapat menafsirkan masalah secara matang dan memahami konsep sebab-akibat dengan baik. (Jun)