Ekonomi Muhammadiyah di Era Disrupsi
Ir. Ahmad Syauqi Soeratno, M.M. selaku Bendahara Majelis Ekonomi, Bisnis, dan Pariwisata Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam acara Seminar Nasional Kewirausahaan Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta menyampaikan tentang ekonomi Muhammadiyah saat era disrupsi. Acara tersebut berlangsung pada Jumat, 21 Juli 2023 di Ruang Amphitarium UAD.
“Jika berbicara tentang Saudagar Dahlan Muda, maka tidak boleh tertinggal Dahlan-nya. Maksudnya adalah kalian juga harus berpikir bagaimana Muhammadiyah ke depan dan bagaimana ekosistemnya,” terang Ahmad Syauqi.
Ia pun menuturkan bahwa akan ada 3 kelompok orang yang lulus dari kampus dan mau jadi apa setelahnya. Pertama, menjadi profesional. Profesional di sini dimaknai sebagai kita bekerja untuk orang lain. Misalnya, bekerja di bank, rumah sakit, jadi polisi, tentara, atau ragam profesi lain. Kedua, kelompok entrepreneur yaitu orang yang menciptakan lapangan pekerjaan dan mempekerjakan orang lain. Pengusaha dan pebisnis itu termasuk dalam kelompok ini. Ketiga, scientist yaitu orang yang memutuskan untuk kuliah karena ingin menjadi peneliti dan dosen-dosen kelak. Nah ini akan memengaruhi lingkungan belajarnya yang pasti berbeda antara satu dengan yang lain.
Bidang Kerja Muhammadiyah
Jika berbicara tentang Dahlan Muda, sosok Dahlan tidak pernah meninggalkan poin-poin berikut:
- Akidah, yaitu pemurnian akidah dengan prinsip toleransi. Sociopreneurship itu adalah bagaimana kita berbisnis, berwirausaha, tetapi tidak meninggalkan nilai-nilai sosial.
- Akhlak, yaitu bersumber kepada Quran dan Sunnah, bukan manusia.
- Ibadah, ialah yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw.
- Muamalah duniawiyah, ialah pengelolaan urusan dunia dan pembinaan masyarakat.
Ahmad Syauqi menjelaskan, “Bentuk komitmen dari Muhammadiyah adalah mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia yang telah mendapat karunia Allah berupa tanah air yang memiliki sumber kekayaan alam, kemerdekaan bangsa, dan negara Republik Indonesia yang berdasar pada Pancasila dan UUD 1945. Untuk bersama-sama menjadikan suatu negara yang adil dan makmur dan diridai Allah Swt.”
Teologi Ekonomi Muhammadiyah
Sejak awal, Muhammadiyah menyasar kemanfaatan untuk umat dan masyarakat yang lebih luas dengan dasar keadilan dan kemakmuran secara merata. Dalam setiap kegiatan di amal usahanya, Muhammadiyah menempatkan keberpihakan pada kaum yang lemah dan terpinggirkan baik secara sosial maupun ekonomi.
“Muhammadiyah meyakini bahwa perhatian lebih kepada kaum lemah dengan semangat pemberdayaan merupakan bagian dari sisi teologis yang kemudian dikenal sebagai teologi Al-Maun. Bukan Islam yang menyejahterakan diri kita di dunia, tetapi Islam yang membawa semua orang ikut sejahtera di dunia. Itulah Muhammadiyah,” jelasnya.
Nilai penting bagi seorang Saudagar Dahlan Muda adalah kebermanfaatan untuk umat. Jadi, dalam berbisnis ia tidak mengutamakan uang, tetapi lebih kepada nilai manfaat yang dibawanya dalam berbisnis. Ilmu ekonomi berbasis spiritual, yakni ketika kita berbisnis dengan mengutamakan nilai kebermanfaatan untuk umat sehingga rezeki selalu datang dari arah yang tak terduga.
Karakteristik Bisnis Muhammadiyah
Ahmad Syauqi juga mengungkapkan bahwa dalam berbisnis Muhammadiyah ini memiliki karakteristik. Adapun karakteristiknya sebagai berikut.
- Amanah yaitu dapat dipercaya, bermuamalah sesuai tuntunan Rasulullah saw. Dapat dipercaya ini merupakan salah satu hal penting dalam berbisnis. Bisnis apa pun jika tidak dapat dipercaya maka kita tidak akan dapat apa pun.
- Mandiri yaitu berprinsip dan tidak bergantung dengan orang lain. Menerapkan tangan di atas dalam kehidupannya.
- Berkelanjutan atau berkemajuan yaitu bermanfaat untuk jangka panjang. Jangan mau berbisnis dengan berpikir jangka pendek saja.
Ahmad Syauqi mengakhiri pemaparan materinya dengan menyampaikan beberapa poin berkaitan dengan paradigma baru. Network linked, yaitu awalnya sendiri jadi bersama atau berbagi sumber daya dan berbagi manfaat. Digital awareness, yaitu akrab dengan teknologi ekonomi berbagi kolaborasi. Selain itu leadership, yaitu mencerahkan transformasional orientasi pembelajaran.
“Ketiga poin tersebut perlu diperhatikan dan diterapkan dalam menjalankan bisnis saat ini. Berbisnis dengan amanah, mandiri, dan berkemajuan menjadi kunci sukses berwirausaha,” tutupnya. (Zah)