Global Health Webinar Series 2025 dalam Rangka Milad FKM

Pemateri Pertama pada Webinar Global Health Series Milad FKM Universitas Ahmad Dahlan (UAD) 2025 (Foto. Tifa)
Dalam rangka milad Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Ahmad Dahlan (UAD), diselenggarakan Global Health Webinar Series 2025 secara daring melalui platform Zoom Meeting. Mengusung tema utama “Kesiapsiagaan Indonesia dalam Menghadapi Kejadian Luar Biasa terhadap Kesehatan Global”, acara ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan mendorong kolaborasi dalam membangun sistem kesehatan yang tangguh dan responsif di tengah ancaman krisis global.
Webinar ini diikuti oleh mahasiswa UAD, masyarakat umum, dan menghadirkan pemateri dari berbagai sektor penting, termasuk pemerintah, akademisi, dan pelaku industri. Acara diawali dengan sambutan dari Dekan FKM, Dr. Rosyidah, S.E., M.Kes., Ph.D., yang menyampaikan harapannya agar diskusi hari ini menghasilkan rekomendasi konkret yang tidak hanya berhenti di ruang seminar, tetapi mampu memberikan kontribusi nyata bagi kebijakan dan praktik di lapangan. Ia juga menegaskan pentingnya integrasi antara pendidikan, pengabdian masyarakat, dan penelitian sebagai bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Ketua Milad FKM 2025, Machfudz Eko Arianto, S.K.M., M.Sc., menambahkan bahwa webinar ini bukan hanya sebagai bentuk syukur atas milad FKM, tetapi juga sebagai momentum refleksi dan pembuka cakrawala pengetahuan untuk menghadapi tantangan kesehatan ke depan secara kolaboratif.
Sebagai keynote speaker, Tri Mardoyo, S.K.M., dari Forum Kota Sehat memaparkan pentingnya menjadikan Yogyakarta sebagai kota sehat yang memiliki ketahanan terhadap krisis kesehatan. Ia menggarisbawahi bahwa terdapat sembilan indikator tatanan kota sehat, termasuk pariwisata, perlindungan sosial, hingga penanggulangan bencana, yang harus diperkuat agar masyarakat dapat hidup sehat dan mandiri di tengah tantangan global.
Dr. Wisnu Trianggono, M.P.H., dari Balai Kekarantinaan Kesehatan, dalam sesi pemaparannya menyoroti pentingnya sistem deteksi dan peringatan dini dalam menghadapi Kejadian Luar Biasa (KLB) kesehatan. Ia menjelaskan bahwa KLB dapat bersumber dari luar (importasi) maupun dari dalam wilayah (episenter) sehingga deteksi dini menjadi kunci pencegahan dan pengendalian. Ia menekankan perlunya kolaborasi lintas sektor—baik pemerintah, swasta, akademisi, hingga masyarakat—dalam membangun sistem peringatan yang efektif dan adaptif.
Selanjutnya, Catarina Issri Putranti Hendrajanti dari Dinas Pariwisata Bantul mengangkat topik Healthy Tourism sebagai strategi pemulihan dan peningkatan kualitas hidup pascakrisis. Ia menguraikan pentingnya sinergi antara sektor pariwisata dan kesehatan dengan contoh konkret seperti pelaksanaan vaksinasi di destinasi wisata saat pandemi COVID-19. Namun demikian, ia juga menggarisbawahi sejumlah tantangan, seperti kesiapan infrastruktur, kualitas SDM, serta perlunya sistem promosi dan sertifikasi nasional yang terpadu.
Webinar berlangsung interaktif dengan antusiasme peserta yang tinggi. Diskusi mencakup berbagai pertanyaan kritis, mulai dari implementasi kebijakan hingga keterlibatan masyarakat lokal dalam membangun ketahanan kesehatan.
Menutup sesi, para pembicara menyerukan peran aktif generasi muda dalam sektor kesehatan dan pariwisata sebagai agen perubahan. “Kita tidak perlu menunggu semuanya sempurna. Ayo mulai dari sekarang, sambil berjalan dan membangun jejaring,” pungkas Ibu Tanti mewakili semangat kolaboratif yang menjadi benang merah seluruh rangkaian acara. (Tifa)