ISMKMI UAD Gelar Edukasi dan Skrining Kesehatan
Hipertensi atau yang biasa dikenal dengan tekanan darah tinggi menjadi satu dari sekian banyak penyakit yang berkontribusi besar terhadap angka kematian global dan Indonesia. Pasalnya, sekitar 46% penderita hipertensi tidak merasakan gejala apa pun sehingga disebut sebagai “The silent killer” dan kebanyakan penderitanya adalah perempuan. Hal ini dikarenakan terdapat penurunan kadar estrogen pada saat perempuan menopause di usia 40 tahun ke atas.
Mengingat urgensi kasus tersebut, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mengadakan edukasi dan skrining kesehatan di Kalurahan Canden, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul, pada 1 Februari 2024. Kegiatan ini merupakan rangkaian dari program kerja Desa Binaan milik Lembaga Semi Otonom (LSO) Kelompok Kerja (Pokja) Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia (ISMKMI) yang bekerja sama dengan Departemen Sosial Pemberdayaan Masyarakat (Sospem) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM). Bertajuk “Deteksi Dini Penyakit dan Gaya Hidup Sehat untuk Meraih Kesejahteraan Bersama”, edukasi kesehatan menyasar kelompok ibu rumah tangga dan pejabat pemerintahan setempat.
Didapuk sebagai narasumber, alumnus peminatan Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Program Studi (Prodi) Kesehatan Masyarakat (Kesmas) UAD yakni Isah Fitriani, S.K.M. Ia menyampaikan bahwa hipertensi merupakan penyakit yang cukup berbahaya. “Jika tidak dikontrol, penderita hipertensi bisa mengalami komplikasi seperti penyakit jantung, gagal ginjal, kerusakan mata, gangguan saraf dan otak, strok, hingga kematian. Hanya 1 dari 5 penderita orang dewasa saja yang mampu mengendalikannya sehingga deteksi dini menjadi penting untuk dilakukan,” ungkapnya.
Sejalan dengan pernyataan tersebut, Lurah Desa Canden yaitu Purwaka Nugraha, S.T. mengungkapkan dampak hipertensi yang terjadi pada warganya. “Kebetulan sekali, di dusun kami memang ditemukan beberapa kasus hipertensi. Ada salah satu warga yang mengalami tekanan darah tinggi hingga pembuluh darahnya pecah dan berakhir pada penyakit strok. Kami belum tahu pasti apakah ada hubungan antara hipertensi dengan sanitasi dan lain sebagainya. Melalui kegiatan ini, diharapkan masyarakat bisa memiliki wawasan baru dan terbantu untuk mendeteksi hipertensi sedini mungkin,” ucapnya. (ish)