KKN UAD Kenalkan Metode Takakura untuk Mengolah Sampah Organik
Pada Senin, 26 Februari 2024, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Periode 119 Unit VII.A.3 melaksanakan program kerja tematik berupa Sosialisasi dan Pelatihan Pengolahan Sampah Organik Skala Rumah Tangga dengan Menggunakan Metode Takakura. Sosialisasi dan pelatihan dilaksanakan di Padukuhan Kalipakel, Kelurahan Donotirto, Kapanewon Kretek, Kabupaten Bantul.
Pengelolaan sampah organik merupakan salah satu tantangan utama dalam upaya menjaga lingkungan yang bersih dan sehat. Kompos takakura adalah metode pengomposan yang diperkenalkan oleh Mr. Takakura pada tahun 2004 di Surabaya. Pengomposan ini dapat dibuat di skala rumah tangga dengan menggunakan bahan dari sampah organik seperti sisa-sisa sayuran, kulit buah, dan dedaunan yang tidak dapat dimakan atau diolah kembali. Pada umumnya sampah organik dapat menyebabkan pencemaran udara seperti timbulnya bau yang tidak sedap, pencemaran air, dan sebagai sumber penyakit. Oleh karena itu, pembuatan kompos dengan metode takakura dianggap sebagai solusi yang tepat untuk memanfaatkan sampah organik dengan cara yang efektif, mudah, dan sederhana.
Secara singkatnya, pembuatan kompos dengan metode takakura menggunakan alat dan bahan seperti keranjang yang terbuat dari plastik, bambu, atau bahan lain yang memiliki rongga (lubang) yang berfungsi sebagai saluran pergerakan udara masuk dan keluar dengan baik. Selanjutnya, kardus yang ukurannya disesuaikan dengan keranjang digunakan sebagai tempat untuk mengompos dan menjaga kelembaban. Bahan yang digunakan yaitu bantal sekam, EM4, pupuk kompos jadi, dan sampah organik.
Cara membuat kompos dengan metode takakura ternyata cukup praktis. Pertama, kardus sesuai ukuran keranjang dimasukkan dan diisi dengan sekam padi yang telah dijahit menjadi bantal menggunakan kain jaring untuk menyerap air lindi agar bagian bawah tidak terlalu basah. Selanjutnya, memasukkan pupuk kompos yang sudah jadi dan menambahkan EM4 sebagai bakteri pengurai.
Kemudian, sampah organik yang telah dicacah dimasukkan ke dalam keranjang dan diaduk secara merata. Jenis sampah ini meliputi sisa makanan, sayuran, kulit buah, serta dedaunan. Setelah itu, keranjang ditutup dengan sekam yang dibentuk seperti bantal dan diselimuti dengan kain untuk mencegah lalat dan serangga serta menjaga kelembabannya. Setiap hari, campuran tersebut diaduk agar bakteri pengurai dapat mendekomposisi sampah secara merata.
Abelia yang merupakan salah satu mahasiswa KKN mengatakan, “Proses yang berjalan dengan baik ditandai oleh suhu hangat, tanpa bau yang menyengat, dan pembusukan yang cepat. Umumnya, kompos dapat digunakan sebagai pupuk tanaman ketika sudah didiamkan dalam waktu 2 hingga 3 minggu.”
Pelaksanaan program kerja ini berjalan dengan sukses, yang ditandai oleh partisipasi dan antusias ibu-ibu Padukuhan Kalipakel dalam mengikuti sosialisasi dan pelatihan pengolahan sampah organik skala rumah tangga dengan metode takakura dari awal hingga akhir. Mereka terlihat aktif dan berpikiran kritis saat mengajukan pertanyaan-pertanyaan detail mengenai proses pembuatan kompos takakura. Hal ini memungkinkan mereka untuk memahami metode pembuatan kompos dengan baik dan mampu membuat kompos secara mandiri sehingga dapat membantu dalam meningkatkan upaya ramah lingkungan untuk masyarakat. (doc)