Makna dan Arti Iduladha dalam Beribadah kepada Allah
Takmir masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mengadakan salat Jumat pada 14 Juni 2024 bertepatan dengan 7 Dzulhijjah1445 H. Dr. Yoyo, S.S., M.A. selaku Wakil Dekan Bidang Al-Islam dan Kemuhammadiyahan, Akademik, dan Kemahasiswaan sekaligus dosen Program Studi Bahasa dan Sastra Arab UAD didapuk menjadi khatib Jumat.
Dalam momentum ramainya saudara-saudara kita yang sedang melaksanakan ibadah haji, hendaknya kita untuk mendoakan saudara, kerabat, dan kaum muslimin pada umumnya agar diberikan kekuatan dan kesehatan, sehingga dapat menyempurnakan ibadah haji sampai akhir. Mudah-mudahan yang belum melaksanakan ibadah haji pun diberikan kemudahan agar dibukakan jalannya, sehingga dapat melaksanakan ibadah haji pada tahun-tahun berikutnya.
Kata korban atau berkorban sangat lekat di masyarakat, beberapa contohnya antara lain korban bullying, korban copet di bus, dan masih banyak lagi. Dalam konteks tersebut kata korban merujuk kepada makna sebagai victim yaitu sebagai orang yang mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari orang lain atau merasa bahwa dirinya korban.
Akan tetapi, di dalam bahasa Arab juga terdapat suku kata yang sama yaitu kurban, yang termasuk dari kata serapan dari bahasa Arab qaraba-yaqrabu-qurbanan, ada juga yang menyebutnya qariba-yaqrabu-qurbanan. Kata tersebut diadopsi ke dalam bahasa Indonesia dengan makna karib, contoh dalam frasa yaitu sahabat karib yang artinya menunjukkan teman sejati atau teman dekat. Dapat diartikan pula sebagai kata kerabat. Kesimpulannya dalam konteks ini kurban bisa dimaknai sebagai satu perbuatan yang ingin dekat, yakni ingin mendekatkan diri kepada Allah Swt. agar mendapatkan rida-Nya.
Salah satu hal penting dalam berkurban yaitu sikap batin seseorang. Tindakan-tindakan lahiriah pun tetap penting, tetapi tulus antara niat dan perbuatan juga tak kalah penting. Ilmu fikih memang dihukumi dari sisi yang zahir, yang disebut dengan al-hukmu bidz-dzowahir.
Penyebutan kata Iduladha berasal dari bahasa Arab yaitu udhiyyah yang artinya penyembelihan. Berkurban atau memotong hewan kurban secara fisik merupakan upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Maka dari itu Allah Swt. memerintahkan hambanya untuk melaksanakan ibadah pemotongan kurban. Daging dan darah hewan kurban sejatinya tidak sampai ke Allah, tetapi ketakwaan seseorang itulah yang dilihat Allah. Oleh karena itu, Rasulullah memperingatkan kita dengan sabdanya, yang berbunyi:
“Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian. Namun, Allah hanyalah melihat pada hati dan amalan kalian.” (H.R. Muslim).
Maka dari itu, hendaknya seseorang harus menambah ibadah kepada Allah dan mulai meluruskan niat agar segala hal yang dilakukan melahirkan takwa kepada Allah Swt. Itulah sebabnya Allah tidak melihat bentuk lahiriah seseorang, tidak lain bahwa bentuk lahiriah seseorang tidak mencerminkan isi hatinya. Seperti kata pepatah yang berbunyi “Manusia adalah musang berbulu ayam”. Tentu hal-hal yang telah disebutkan tadi, hendaknya menjadi pengingat seseorang dalam melakukan ibadah di bulan Dzulhijjah ini.
Para ulama telah mengklasifikasikan ibadah kurban sebagai ibadah sunnah muakkadah. Tidak sampai pada level wajib, yang menunjukkan bahwa ibadah sunnah tidak bisa disepelekan melainkan juga butuh kerja keras dan keseriusan. Salah satu contoh kerja keras seseorang dalam melaksanakan Iduladha yaitu dengan mengumpulkan uang untuk membeli hewan kurban, karena sebagian dari seseorang tentu tidak mudah untuk mampu melakukannya. Mudah-mudahan hal tersebut menjadi wujud keseriusan dalam upaya meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt.
Usaha untuk mendekatkan diri kepada Allah dapat dilakukan terus-menerus. Karena itulah agama Islam disebut sebagai jalan, seperti yang telah termaktub dalam Al-Qur’an dengan kata syariah, thariqah, shirath, sabil, dan minhaj. Jalan yang dimaksud adalah jalan menuju Allah dengan melakukan kurban untuk mendekati Allah secara dinamis. Para ulama juga menjelaskan ibadah untuk pendekatan diri kepada Allah selain kurban, yaitu seseorang dapat melakukan salat, puasa, sedekah, dan sebagainya.
Dengan berkurban, tentu menunjukkan bahwa kita serius dalam beriman kepada Allah. Itu dibuktikan dengan penyembelihan hewan kurban dan sebagian dagingnya kita ambil serta sisanya kita berikan kepada orang lain yang berhak untuk menerimanya. Allah juga berfirman dalam Surah Al-Kahfi ayat 110, yang berarti:
“Maka barang siapa yang mengharap perjumpaan dengan Tuhan-Nya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh.”
Dr. Yoyo mempertegas, “Kita harus mampu mengombinasikan antara amal-amal salih dalam kehidupan. Memang inilah yang harus kita lakukan untuk menyatakan declare keimanan kepada Allah. Dengan ibadah kurban, melalui salat yang kita lakukan, dengan Qur’an yang kita baca, dan dengan ibadah sunnah yang kita laksanakan, semoga kita lebih dekat dengan Allah. Mudah-mudahan apa yang saya katakan dapat menjadi renungan untuk kita bersama, untuk beriman dan bertakwa kepada Allah Swt. (Lus)