Optimalisasi Pipa Paralon sebagai Media Pengolahan Sampah Organik
Penumpukan sampah rumah tangga akhir-akhir ini menjadi masalah mendesak yang harus diselesaikan secara bersama-sama. Sampah berupa sisa makanan, kulit buah, dan sayur, sering kali berakhir di tempat pembuangan yang ada di pekarangan rumah. Sampah-sampah tersebut apabila diteliti tentunya akan sangat bermanfaat. Bisa juga diolah dengan media yang mudah didapatkan oleh masyarakat, contohnya seperti pipa paralon bekas, galon bekas, hingga botol bekas.
Adanya pipa paralon sebagai media pengolahan sampah organik, ternyata menjadi jalan keluar untuk optimalisasi sampah. Inilah yang dilakukan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Reguler Periode 101 Unit IV.D.3 Universitas Ahmad Dahlan (UAD) bersama Dra. Listy Setyaningsih selaku Ketua Pedukuhan Wonodoro, Mulyodadi, Bambanglipuro, Bantul. Mereka melaksanakan sosialisasi tentang “Pembuatan Wadah Pengolahan Sampah Organik dengan Pipa Paralon” pada Senin, 12 Februari 2023. Kegiatan ini dihadiri oleh warga RT 07 Dukuh Wonodoro, dengan Haikal Alulu yang merupakan Ketua KKN Unit IV.D.3 sebagai pemateri dan Listy sebagai pendamping acara sosialisasi.
Haikal menyampaikan beberapa hal yang berkaitan dengan sampah, seperti jenis-jenis sampah yang dibagi menjadi 2 yaitu sampah organik dan nonorganik. Kemudian, diikuti dengan pengenalan mengenai sampah domestik dan nondomestik. Ia mengawali sosialisasi dengan pemilahan sampah organik dan nonorganik diikuti dengan cara pengolahannya.
Kegiatan ini menitikberatkan pada cara mengolah sampah organik melalui metode pipa paralon. Pipa paralon ditanam di dalam tanah di antara tanaman dengan melubangi bagian bawah paralon. Tujuannya agar cairan hasil sampah organik (pupuk cair) dapat langsung menyerap ke tanah sehingga dapat menyuburkan tanaman di sekitar paralon tersebut. Haikal menekankan, pengolahan sampah organik menjadi pupuk cair itu dengan menggunakan metode Losida (lodong sisa dapur).
“Ketika sampah organik dimasukkan ke dalam pipa, maka sampah akan mengalami pembusukan dalam waktu 5–7 hari. Untuk mempercepat pembusukan bisa menggunakan cairan gula,” jelasnya. Metode Losida ini selain berfungsi untuk mengurangi sampah organik, juga untuk mengurangi bau tidak sedap yang ditimbulkan oleh sampah dapur.
Listy menyikapi kegiatan sosialisasi dan pendampingan pemanfaatan pipa paralon dengan sangat positif. “Besar harapan saya agar inovasi ini bisa diterapkan di setiap rumah sehingga tumpukan sampah yang awalnya dibuang sembarangan dan menimbulkan bau tak sedap bisa bermanfaat untuk yang lainnya. Meskipun banyak dari warga yang tidak hadir di pertemuan hari ini, setidaknya ada 1 atau 2 dari kita yang memulai inovasi. Harapannya, warga yang lain bisa mengikuti seiring berjalannya waktu,” tutupnya. (Lid)