Ovitrap sebagai Upaya Pencegahan DBD
Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Alternatif ke-84 Kelompok II.B.4 Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menggelar sosialisasi ovitrap, yakni sebuah metode untuk memerangkap nyamuk aedes dari awal proses bertelur.
Kegiatan yang diadakan di RW 02 Ngupasan, Gondomanan, Yogyakarta itu melibatkan warga RW 02. Tujuan diadakannya sosialisasi ovitrap adalah untuk mengedukasi cara mencegah demam berdarah dengue (DBD). Sebab sudah bukan menjadi rahasia, penyakit ini berdampak serius bagi masyarakat, terutama di Indonesia yang memiliki iklim tropis.
“Jadi, tujuannya memang untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pencegahan DBD. Diharapkan masyarakatnya juga paham tentang hal ini,” ujar Ketua Pelaksana Rahayu Winesti.
Warga RW 02 Ngupasan sangat antusias berpartisipasi dalam sosialisasi ovitrap. Beberapa di antaranya mengatakan bahwa sosialisasi ini sangat bermanfaat mengingat kondisi rumah warga yang sangat berdempetan dan juga Yogyakarta sedang memasuki musim hujan. Pastinya kondisi itu menyebabkan jentik nyamuk aedes mudah berkembang. Indonesia sendiri tercatat sebagai salah satu negara dengan angka DBD tertinggi di dunia.
“Kami merasa sangat terbantu dengan adanya sosialisasi ini. Dulu kan kami biasanya menguras air terus ganti dengan yang baru biar nyamuknya tidak berkembang biak. Namun, tetap saja masih banyak nyamuk. Yogyakarta juga sedang musim hujan, banyak genangan air sana sini. Nah, kalau menggunakan ovitrap, bisa mengurangi perkembangbiakan nyamuk aedes,” jelas Ketua RW 02 Deni Boy Wibisoni.
Metode ovitrap sangat mudah diterapkan. Masyarakat hanya perlu membuat perangkap nyamuk menggunakan gunting, isolasi, cutter atau silet. Bahan yang diperlukan yaitu botol plastik bekas, kresek hitam, gula jawa 50 gram, ragi 5 gram, dan air hangat 200 mililiter untuk digunakan saat bertelur. Perangkat di atasnya diberi kain kasa untuk nyamuk bertelur sehingga ketika dewasa, nyamuk tersebut akan terperangkap dan tidak bisa terbang keluar.
Diharapkan dengan adanya sosialisasi ovitrap, masyarakat dapat lebih sadar dan peduli terhadap masalah kesehatan DBD sehingga ke depannya dapat menciptakan atmosfir masyarakat sehat dan bebas DBD. (Eka/Fjr)