Prodi PBI UAD Jadi Tuan Rumah Sarasehan APSPBI DIY
Pada Selasa, 24 September 2024, Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menjadi tuan rumah pelaksanaan Sarasehan Asosiasi Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (APSPBI) se-Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan tema “Peluang dan Tantangan Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris dan Lulusannya dalam Dunia Kerja”. Acara ini dihadiri oleh perwakilan akademika dari berbagai institusi, termasuk Ketua Program Studi, Sekretaris Program Studi, dan dosen dari Universitas Sarjanawiyata Taman Siswa (UST), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas PGRI Yogyakarta (UPY), Universitas Nahdlatul Ulama (UNU), Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW), Universitas Marcu Buana, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Universitas Teknologi Yogyakarta, dan UAD.
Acara berlangsung di Ruang Sidang Bersama FTI, lantai 5, Gedung Utama, Kampus IV UAD, dalam suasana yang mendorong dialog konstruktif dan partisipatif. Dr. Itje Chodidjah, M.A. selaku Ketua Komnas Indonesia untuk UNESCO, hadir sebagai pembicara utama. Selain itu, Dekan FKIP UAD Muhammad Sayuti, M.Pd., M.Ed., Ph.D., tur ut memberikan sambutan hangatnya.
Dalam sambutannya, Muhammad Sayuti mengungkapkan rasa terima kasihnya atas kesempatan untuk menghadiri forum ini bersama Dr. Itje Chodidjah. “Kita menghadapi banyak tantangan dalam menyiapkan generasi kita untuk menghadapi tantangan global. Saya rasa Bunda Itje sangat cocok untuk memberikan wejangan-wejangannya di sini. Selamat bergabung di Sarasehan APSPBI DIY,” ucapnya.
Pada sesi inti, Dr. Itje Chodidjah memimpin diskusi yang interaktif, mendorong peserta untuk berpikir aktif dan berpartisipasi. Ia menekankan bahwa seorang pengajar harus mampu beradaptasi dan terbuka terhadap perubahan untuk membantu mahasiswa bertransformasi menghadapi tantangan zaman. “Kita tidak bisa hanya fokus pada apa yang kita lakukan dari tahun ke tahun. Kita harus berpikir aktif, bertanya, berpikir, dan menyatakan pendapat,” jelasnya.
Dr. Itje juga membahas peluang besar yang dimiliki lulusan Pendidikan Bahasa Inggris dalam dunia kerja, terutama sebagai pengajar. Namun, ia menekankan pentingnya peningkatan kompetensi mahasiswa, khususnya dalam hal kemampuan berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris secara efektif. “Seorang guru Bahasa Inggris tidak hanya bisa bahasa Inggris, tetapi juga mampu berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris dengan baik,” ujarnya.
Ia juga menyoroti pentingnya perubahan pola pikir dalam mengelola program studi dan mengajar mahasiswa. “Kita yang harus memikirkan apa yang perlu kita ubah. Mahasiswa pasca-covid memiliki pola pikir yang berbeda, dan bukan mereka yang harus berubah, tetapi kita yang harus memikirkan cara agar mereka dapat berubah,” tambahnya.
Di akhir sesi, Dr. Itje menegaskan bahwa tantangan terbesar seorang guru bukan hanya mendidik, tetapi juga membimbing siswa untuk belajar secara aktif. “Tantangan terbesar sebagai guru adalah ego kita sendiri. Anda bukan hanya dosen, Anda adalah pendidik para guru,” tegasnya.
Dengan terselenggaranya sarasehan ini, diharapkan para peserta, dapat memahami dan mengatasi tantangan serta memanfaatkan peluang untuk mencetak lulusan yang kompeten dan siap menghadapi dunia kerja. (Din)