Program AIMS: Pengalaman Berharga bagi Arzety Mahasiswa BSA UAD
Arzety Nabilla Katili, mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Arab Universitas Ahmad Dahlan (UAD), berbagi kisahnya selama mengikuti Program ASEAN International Mobility for Students (AIMS) di Universiti Malaya, Kuala Lumpur. Program ini memberikan pengalaman belajar lintas budaya sekaligus tantangan akademis yang memperkaya wawasan dan keterampilan lintas disiplin. “Saya memulai perjalanan ini dengan mempersiapkan berkas seperti TOEFL dengan skor minimal 500, motivation letter, dan dokumen lainnya. Saya juga meminta arahan dari kakak tingkat, alumni AIMS 2023, untuk mempersiapkan diri,” ujar Arzety. Tantangan terbesar yang dihadapinya adalah wawancara berbahasa Arab, yang menjadi pengalaman menarik sekaligus kesempatan untuk mengasah kemampuannya.
Selama program berlangsung, Arzety harus menyesuaikan diri dengan budaya dan gaya hidup baru di Malaysia. Salah satu kebiasaan yang berubah adalah berjalan kaki hingga 4.000 langkah per hari karena jarak antargedung di Universiti Malaya cukup jauh. Selain itu, ia sering menemui istilah-istilah bahasa Melayu yang memiliki arti berbeda dengan bahasa Indonesia, yang kadang membuatnya bingung sekaligus terhibur. Pengalaman lintas budaya lainnya adalah mengenal berbagai tradisi hari libur agama, seperti Hari Raya Idulfitri, Tahun Baru Imlek, dan Deepavali. Libur selama seminggu untuk setiap perayaan ini mencerminkan keragaman budaya Malaysia dan memberikan kesempatan bagi Arzety untuk belajar lebih banyak tentang toleransi.
Dalam hal akademik, Universiti Malaya memberikan pengalaman baru melalui penggunaan bahasa Arab dan Inggris dalam pembelajaran sehari-hari. “Hal ini sangat membantu saya meningkatkan kemampuan bahasa Arab, khususnya dalam memahami diskusi akademik,” tambah Arzety. Selain itu, sistem pengajaran yang menekankan analisis dan diskusi lintas disiplin mendorongnya untuk berpikir lebih kritis. “Saya banyak belajar tentang budaya baru, meningkatkan toleransi, dan mengasah soft skills, terutama komunikasi lintas budaya dengan mahasiswa dari berbagai negara,” ujarnya.
Arzety menganggap program AIMS sebagai pengalaman yang sangat berharga. “Program ini memberikan tantangan untuk mengasah kemandirian, kemampuan adaptasi, dan berpikir kritis,” katanya. Ia juga berpesan kepada mahasiswa lain untuk tidak ragu berinteraksi dengan orang baru dan berbagi budaya atau pengetahuan dengan mereka. “Semoga program AIMS terus berkembang, memberikan lebih banyak peluang bagi mahasiswa, dan mampu melahirkan generasi yang berkontribusi di kancah internasional,” tutupnya. Program AIMS tidak hanya menjadi jembatan bagi pengembangan akademis, tetapi juga pembentukan karakter untuk menghadapi dunia global yang penuh dengan keragaman dan peluang. (Dilla)