Sistem Informasi UAD Gelar Ruang Kajian Teknologi dan Budaya
Program Studi (Prodi) Sistem Informasi (SI) bekerja sama dengan Fakultas Sains dan Teknologi Terapan (FAST) dan Ruang Ekspresi (RE) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mengadakan “Ruang Kajian Teknologi dan Budaya” yang diselenggarakan pada Selasa, 11 April 2023 bertempat di Laboratorium SI UAD.
Kegiatan tersebut merupakan diskusi interaktif yang mengangkat tema teknologi dan budaya, serta rencananya akan diadakan secara rutin ke depannya. Edisi perdana ini memanfaatkan momen Ngabuburit Ramadan menghadirkan budayawan dan peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dengan mengangkat tema “Manusia dalam Kendali Artificial Intelligence (AI)”.
Sabrang Mowo Damar Panuluh, B.Sc. selaku CEO Symbolic.ID dan Dewan Pakar Lembaga Seni Budaya PP Muhammadiyah, juga vokalis band Letto hadir dalam acara ini. Turut serta Arwan Ahmad Khoirudin, peneliti BRIN sebagai narasumber didampingi oleh Farid Suryanto, S.Pd., M.T. yakni dosen Sistem Informasi UAD sebagai moderator.
“Teknologi diadopsi secara masif dan alasan teknologi diciptakan, pada prinsipnya adalah bagaimana manusia bisa mencapai sesuatu yang lebih dengan energi yang sangat sedikit dan waktu yang sedikit,” ujar Sabrang.
Ia menjelaskan secara sederhana perubahan teknologi dan budaya yang saat ini terjadi. “Misalnya dalam mencangkul tanah, mulanya menggunakan tangan, lalu berkembang menggunakan cangkul, kemudian garu dengan tenaga hewan sapi, dan sekarang menggunakan traktor. Pada intinya, eskalasi teknologi ini hadir untuk mengerjakan tugasnya.”
Seiring berkembangnya teknologi, dalam hal ini AI, tentunya mengandung risiko. “Ketika kita dibantu mengerjakan tugas, lama-lama kita lupa bagaimana cara melakukan tugasnya,” tambahnya.
Hubungan antarmanusia yakni manusia satu dengan manusia yang lain yang di tengahnya ada teknologi maka akan terjadi pergeseran. Sabrang mengungkapkan bahwa semua teknologi itu pasti memengaruhi hubungan manusia dengan manusia karena teknologi adalah ekstensi dari manusia itu sendiri.
“Sayangnya, perkembangan teknologi ini berdampak pada perubahan besar pada budaya society di masyarakat, contohnya filter Instagram. Muncullah stigma, ‘Jujur itu jadi norma yang buruk dibandingkan membohongi orang lain menggunakan filter’, karena adanya teknologi yang menjembatani hal itu, adanya perubahan nilai, terjadi perubahan pandang sehingga terjadi perubahan perilaku dan efeknya berantai. Jelas, teknologi memengaruhi budaya!” tegasnya.
Lebih lanjut, Arwan menimpali, “Teknologi AI bergerak dan bertindak sesuai dengan data yang dipunyai dan apa yang ia latihkan. Makin banyak data maka tingkat akurasi dan tindakannya akan tepat.”
“Do something important! Indonesia mungkin kalah 5 tahun dalam perkembangan internet, tetapi kalau untuk AI, kita pintar bersama-sama. Kalau kita masih ketinggalan dalam hal itu, artinya, kita yang tidak pintar, bukan ketinggalan. Buktikan kalau kita adalah generasi yang pintar!” pesan Sabrang untuk seluruh mahasiswa SI UAD. (roy)