Tiga Amalan Salah Niat yang Berakibat Masuk Neraka
Salat Jumat diadakan di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yakni pada 19 Juli 2024. Fajar Rachmadani, Lc., M.Hum., Ph.D. selaku anggota Majelis Tabligh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah dan dosen Pendidikan Agama Islam (PAI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) didapuk menjadi khatib Jumat. Ia menyampaikan tentang amalan salah niat yang mengakibatkan seseorang masuk neraka.
Nabi pernah bersabda yang makna hadisnya sebagai berikut: “Kelompok manusia pertama yang akan didatangkan di hadapan Allah Swt. dan akan disidang langsung oleh Allah Swt. di hari kiamat nanti adalah seseorang yang mati syahid. Orang yang mati syahid tersebut didatangkan kepada Allah, kemudian Allah tampakkan seluruh nikmat yang diberikan dulu di dunia dan orang yang mati syahid ini pun mengakui nikmat tersebut.”
Orang syahid tersebut ditanya oleh Allah Swt.: “Apa yang kau gunakan dengan seluruh kenikmatan yang Aku berikan kepadamu dulu di dunia?” Ia menjawab: “Ya Allah dulu ketika di dunia, aku gunakan seluruh kenikmatan dan karunia yang Engkau berikan kepadaku untuk berjihad di jalan-Mu ya Allah, untuk berperang di jalan-Mu Ya Allah, aku gunakan untuk berdiri di garda terdepan untuk membela agama-Mu ya Allah.”
Allah Swt. menimpali: “Kamu berdusta. Dulu kamu berperang/berjihad bukan untuk-Ku, kamu lakukan itu semua agar engkau dikatakan pahlawan, dikatakan pemberani, dan orang-orang di sekitarmu menyanjungmu, dan gelar-gelar tersebut sudah kamu dapatkan ketika di dunia.” Lalu orang yang mati syahid ini wajahnya diseret oleh malaikat dan dilemparkan ke neraka.
“Begitu pula, Allah juga mendatangkan para penuntut ilmu, para pengajar ilmu, seorang kiai atau ulama, seorang qari’, dan penghafal Al-Qur’an. Sama halnya dengan orang yang mati syahid tadi maka orang-orang berilmu ini pun juga masuk ke neraka. Karena semasa hidupnya tidak melakukan amalan untuk mendapatkan pahala dari Allah tetapi untuk dapat sanjungan dan gelar dari orang lain,” ujarnya.
Maka orang kedua inilah yang relevan dengan kondisi kita pada saat ini. Kondisi ketika menghadapi suatu fenomena banyak orang berilmu tetapi tidak didampingi dengan keberkahan ilmu itu sendiri. Seharusnya semakin bertambahnya ilmu seseorang semakin menjadi orang-orang saleh, tawadu, wara’, dan semakin mampu menghargai orang lain. Namun faktanya tidak seperti itu, realitasnya di zaman sekarang ini semakin tinggi ilmunya semakin sombong dan merendahkan orang lain.
Dari fakta-fakta yang telah disebutkan, muncullah intelektual hypocrite, intelektual diabolik, intelektual sekuler, karena motivasi, tujuan dan orientasinya tidak pada Allah dan Rasul. Maka hadis yang disampaikan oleh Rasulullah 14 abad yang lalu masih relevan sampai sekarang. Hendaknya sebagai seorang hamba kembali merefleksi diri terkait keikhlasan dari amalan-amalan yang telah dilakukan.
“Orang ketiga yang disidang Allah yaitu orang yang dulu ketika di dunia diberikan harta yang banyak oleh Allah Swt. dan ditanya seperti orang pertama dan kedua. Karena salah niat terhadap segala yang dikerjakan, maka ia pun masuk neraka. Maka dalam rangka mentadaburi hadis tersebut diharapkan tidak hanya memperbanyak kuantitas amal tetapi juga kualitas amal, yakni dengan niat yang diutarakan,” tutup Fajar. (Lus)