UAD, DPRD DIY, dan DLH Bantul Dorong Inovasi Teknologi Pirolisis sebagai Solusi Pengelolaan Sampah Berkelanjutan

Tempat Pengelolaan Sampah di Kampus 4 Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto. Humas UAD)
Di tengah meningkatnya tantangan pengelolaan sampah, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menghadirkan harapan baru melalui inovasi teknologi pirolisis portabel generasi kedua. Teknologi ini mampu mengubah sampah plastik residu—yakni plastik yang tidak memiliki nilai jual—menjadi bahan bakar minyak (BBM). Inovasi tersebut merupakan hasil riset Prof. Dr. Ir. Zahrul Mufrodi, S.T., M.T., IPM., yang juga menjabat sebagai Kepala Biro Sarana dan Prasarana (BSP) UAD.
Alat pirolisis portabel ini menjadi bukti nyata kontribusi dunia akademik dalam menyelesaikan persoalan lingkungan. Dengan kemampuan mengonversi sampah plastik menjadi energi alternatif, alat ini dinilai memiliki potensi strategis dalam menjawab krisis energi dan ledakan volume sampah.
Dalam kunjungan resmi yang dilaksanakan pada Rabu, 23 Juli 2025, di Kampus IV UAD, sejumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DIY dan perwakilan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bantul hadir untuk melihat langsung efektivitas inovasi tersebut. Rombongan anggota DPRD Bantul di antaranya Ahmad Agus Sofwan, Nur Huda, Agung Lalesmono, Muh. Dhavid, dan Nur Kholis, serta perwakilan dari DLH Bantul, Rudy Suharta. Rombongan ini disambut oleh Wakil Rektor Bidang Keuangan, Kehartabendaan, dan Administrasi Umum, Dr. Utik Bidayati, S.E., M.M., beserta jajaran BSP UAD.
Dalam sambutannya, Dr. Utik menyampaikan rasa bangga atas kunjungan ini dan menekankan pentingnya kolaborasi antara unsur legislatif, eksekutif, dan akademisi untuk menanggulangi persoalan sampah. Ia juga memaparkan bahwa UAD telah berhasil menurunkan jumlah sampah residu hingga 41% dibandingkan dengan tahun sebelumnya, berkat sistem pengelolaan sampah terpadu yang diterapkan di kampus.
Setelah itu, dilanjutkan dengan presentasi oleh Prof. Zahrul yang menjelaskan tiga strategi pengelolaan sampah di UAD. Sampah organik diolah menjadi pupuk kompos untuk penghijauan kampus dan bahan pakan ikan. Sampah anorganik bernilai ekonomi dipilah dan dijual kembali sebagai bahan daur ulang. Sampah plastik residu diolah menjadi BBM menggunakan alat pirolisis.
Menanggapi hal tersebut, Nur Kholis Majid, S.TP., anggota DPRD Bantul, menyampaikan apresiasinya. Ia menilai bahwa dengan harga yang relatif terjangkau, alat pirolisis portabel ini berpotensi untuk diterapkan di tingkat desa sebagai solusi pengolahan sampah plastik yang tidak dapat didaur ulang. “Selain mengurangi polusi, residu plastik yang diolah bisa menghasilkan BBM yang dapat dimanfaatkan langsung, termasuk untuk bahan bakar alat pirolisis itu sendiri,” ujarnya.
Senada dengan itu, Nur Huda, anggota DPRD lainnya, menyatakan kekagumannya setelah menyaksikan langsung proses pengolahan sampah di lokasi. Ia berharap teknologi pirolisis ini bisa direplikasi di tingkat kelurahan guna mempercepat terwujudnya program “Bantul Bebas Sampah”.
Perwakilan DLH Bantul, Rudy Suharta, S.IP., M.M., juga memberikan apresiasi tinggi terhadap kontribusi UAD. Menurutnya, UAD selama empat tahun terakhir telah aktif mendampingi desa-desa di Bantul melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan pengabdian masyarakat oleh dosen serta mahasiswa.
“Kehadiran mesin pirolisis menjadi solusi konkret dalam mengatasi plastik residu yang selama ini sulit ditangani. Kami akui, edukasi, infrastruktur, dan partisipasi publik masih menjadi tantangan, namun teknologi ini adalah senjata baru menuju Kabupaten Bantul yang lebih bersih,” tuturnya.
Di akhir acara, Prof. Zahrul mengungkapkan rasa terima kasih kepada DPRD dan DLH Bantul atas dukungan serta semangat kolaboratif yang ditunjukkan. “Sinergi antara dunia pendidikan, pemerintah, dan masyarakat adalah kunci utama dalam menyelesaikan persoalan sampah secara menyeluruh. Semoga kolaborasi ini dapat mewujudkan masa depan yang lebih hijau bagi generasi mendatang,” pungkasnya. (Doc/Lus)