KKN UAD Dorong Pemanfaatan Limbah B3 di Pedukuhan Bungkus
Tinggal di daerah pesisir pantai, kebanyakan masyarakat Dusun Bungkus, Parangtritis, Bantul, bermata pencaharian sebagai pedagang oleh-oleh khas dan usaha kuliner yanmemakai minyak sebagai bahan utama dalam proses pengolahan produknya. Misalnya seperti rempeyek, ikan goreng tepung, kepiting goreng, dan lain sebagainya.
Akibatnya, minyak bekas penggorengan atau minyak jelantah menjadi permasalahan bagi semua orang. Minyak jelantah ini termasuk golongan limbah B3, yang berarti dapat membahayakan bagi lingkungan dan kesehatan apabila tidak diolah dengan baik dan benar.
Dengan adanya permasalahan tersebut, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Reguler 119 Universitas Ahmad Dahlan (UAD) berinisiatif untuk mendorong masyarakat Dusun Bungkus memanfaatkan minyak jelantah sebagai upaya dalam mengurangi pencemaran limbah B3. Mereka pun mengadakan Sosialisasi dan Pelatihan Pembuatan Lilin Aromaterapi dari Minyak Jelantah pada 19 Februari 2024 bersama ibu-ibu kader dan pemudi Dusun Bungkus.
Pada kesempatan itu, mahasiswa KKN UAD memberikan pemahaman terkait pengolahan minyak jelantah menjadi lilin aromaterapi yang berfungsi untuk relaksasi. Peserta yang hadir juga diberikan pemahaman tentang dampak yang diberikan oleh minyak jelantah apabila tidak diolah dengan baik dan benar, serta peluang usaha baru dari lilin aromaterapi tersebut.
Dalam proses pembuatannya, minyak jelantah dipanaskan dengan stearic acid dan paraffin dalam perbandingan 1 : 1 : 1, kemudian aduk dalam api kecil. Setelah semua bahan mencair, api dimatikan dan ditambahkan pewarna serta pewangi. Tuangkan cairan ke dalam cetakan (gipsum) yang telah dimasukkan sumbu lilin. Diamkan hingga lilin mengeras kurang lebih satu jam untuk hasil yang maksimal.
Pelatihan pembuatan lilin aromaterapi dengan memanfaatkan minyak jelantah ini dapat dijadikan sebagai peluang usaha masyarakat Dusun Bungkus. Inovasi ini memiliki nilai jual, misalnya untuk suvenir pernikahan.
Daniar selaku Dukuh Dusun Bungkus memberi respons positif terhadap sosialisasi dan pelatihan pembuatan lilin aromaterapi dari minyak jelantah. “Programnya bagus, saya rasa program ini mampu menjadi langkah awal untuk mengatasi permasalahan rumah tangga dan bisa menjadi alternatif peluang usaha mikro kecil menengah (UMKM) bagi masyarakat Dusun Bungkus.”
Yumna selaku pemudi setempat menambahkan, “Programnya menarik dan memberikan wawasan baru kepada remaja seperti saya untuk lebih peduli terhadap lingkungan.”
Daniar maupun Yumna berharap, masyarakat dapat melanjutkan pembuatan lilin aromaterapi dari minyak jelantah yang kreatif dan terampil, serta meningkatnya jiwa untuk berwirausaha sehingga dapat menambah penghasilan.
Masyarakat setempat juga memberikan respons antusias dengan memberikan pertanyaan terkait proses pembuatan, dampak, serta manfaat lilin aromaterapi. Mereka membawa sisa bahan pembuatan lilin aromaterapi untuk dipraktikkan secara individu di rumah masing-masing. (doc)