Perempuan sebagai Agen Perubahan Menuju Keadilan di Indonesia

Prof. Dr. Achmad Nurmandi Pemateri Sesi Kedua Pengajian PWA DIY di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Dok. Humas UAD)
Prof. Dr. Achmad Nurmandi, M.Sc. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) hadir sebagai pemateri dalam sesi kedua di Pengajian Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah (PWA) yang diselenggarakan di Amphitarium Kampus IV Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Kajian tersebut dilaksanakan pada Sabtu, 15 Maret 2025, yang mengangkat tema “Perempuan sebagai Agen Perubahan Menuju Keadilan di Indonesia”.
Prof. Achmad menyampaikan tentang peran strategis yang dimiliki oleh perempuan dalam pengambilan keputusan publik. Salah satunya, perempuan ikut berperan dalam menjalankan fungsi rasional dalam isu-isu atau framing gender. Meski begitu, isu gender di kalangan Muhammadiyah sebenarnya sudah usai, sehingga tidak lagi menjadi perdebatan. Di sisi lain, perempuan juga memiliki fungsi kritis dalam gerakan ‘Aisyiyah, baik dalam pengambilan keputusan penting di Muhammadiyah maupun dalam keputusan publik.
Ia juga menyoroti data terbaru mengenai peran perempuan di Indonesia. Survei tahun 2018‒2023 menunjukkan adanya penurunan indeks yang signifikan. Pada tahun 2018, indeks pemberdayaan perempuan menurun menjadi 0,047, yang disebabkan oleh rendahnya keterwakilan perempuan dalam politik. Selain itu, dimensi kesehatan reproduksi juga mengalami penurunan, di mana pada tahun 2023 angka yang tercatat hanya sebesar 0,0126. Salah satu indikator yang disoroti adalah proporsi perempuan yang melahirkan di luar fasilitas kesehatan.
Sementara itu, partisipasi perempuan di pasar kerja dalam 5 tahun terakhir berada pada angka stabil, yaitu 51‒54 persen. Keterlibatan perempuan paling dominan di sektor pendidikan, di mana mayoritas tenaga pengajar adalah perempuan, sebagaimana ditunjukkan dalam data statistik. Beberapa provinsi yang memiliki indeks keterlibatan perempuan di atas rata-rata nasional antara lain Nusa Tenggara Barat (NTB), Jawa Barat, Papua, Jambi, Maluku, dan lain-lain.
Dalam perspektif global, Indonesia masih memiliki indeks yang rendah dalam dimensi politik. Oleh karena itu, Prof. Achmad menekankan pentingnya peran perempuan dalam memperjuangkan isu-isu publik melalui ‘Aisyiyah.
“Idenya adalah kita fokus membuat framing, membuat isu-isu publik oleh ‘Aisyiyah dan kaum perempuan,” ujarnya.
Dalam aspek ekonomi, perempuan juga memiliki potensi besar. Meskipun jumlah pengusaha perempuan masih minim, keberadaan perempuan dalam sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sangat luar biasa. Hal ini menjadikan Indonesia memiliki peringkat tinggi dalam keterlibatan perempuan di sektor ekonomi, terutama dalam UMKM. Oleh karena itu, penting untuk terus mendorong perempuan agar lebih banyak berkiprah di perusahaan besar dan sektor strategis lainnya.
Dengan demikian, Prof. Achmad mengajak semua pihak untuk lebih aktif dalam mendiskusikan dan mengangkat isu-isu penting yang berkaitan dengan perempuan. Melalui peran strategis dalam pengambilan keputusan publik dan ekonomi, perempuan dapat menjadi agen perubahan dalam mewujudkan keadilan di Indonesia. (Septia)