PBII Walkie Talkie, Ruang Bicara Anak Muda tentang Pancasila

IMM PBII Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto. Mawar)
Dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila, Bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan (RPK) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, dan Pendidikan Bahasa Inggris (PBII) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menyelenggarakan PBII Walkie Talkie secara langsung (live) di Instagram. Diselenggarakan pada 1 Juni 2025 dengan tema “Lahir Sebagai Indonesia: Muda, Merdeka, dan Ber-Pancasila”, acara ini menghadirkan dialog santai namun bermakna bersama kader-kader IMM PBII, yaitu IMMawati Dita, IMMawan Rassel, IMMawati Candrika, dan IMMawan Fajar, dengan moderator IMMawati Nuurul.
Para pembicara menyampaikan pandangan mereka tentang makna menjadi anak Indonesia. Rassel menyebut lahir sebagai anak Indonesia adalah sebuah privilese, apalagi jika datang dari pelosok daerah, itu menjadi bukti dari perjuangan dan kerja keras. Dita mengapresiasi keberagaman budaya yang tinggi dan nilai toleransi dalam masyarakat Indonesia.
Menyoal tantangan globalisasi, Candrika menekankan pentingnya menjaga nilai-nilai Pancasila, terutama sila pertama, dengan beribadah dan tetap menjunjung spiritualitas. Sementara itu, Fajar menegaskan perlunya keterbukaan, gotong royong, dan musyawarah dalam kehidupan berbangsa dan berorganisasi.
IMM dianggap cukup berperan dalam membumikan nilai-nilai Pancasila. Rassel menyoroti praktik musyawarah dalam IMM yang nyata, bukan hanya dalam orasi, tetapi juga dalam aksi. Dita pun mengajak untuk mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam hal aksi nyata, mereka memberi contoh seperti gotong royong di kontrakan, saling menghargai tanpa rasisme, hingga kegiatan ibadah bersama. Tak ketinggalan, peran bahasa Indonesia juga disoroti sebagai penguat identitas nasional di tengah arus globalisasi. “Belajar bahasa asing penting, tetapi jangan tinggalkan bahasa Indonesia,” ujar Dita.
Mengakhiri diskusi, para pembicara menyampaikan pandangan tentang makna kemerdekaan. “Merdeka itu sejahtera dan damai,” kata Fajar dan Candrika. (Mawar)