Tim Kriwul dari UAD Kembali Dapatkan Pendanaan P2MW 2025

Tim Kriwul Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Kembali Mendapatkan Pendanaan di P2MW 2025 (Foto. Tim Kriwul UAD)
Tim Kriwul Universitas Ahmad Dahlan (UAD) berhasil lolos pendanaan Program Pembinaan Mahasiswa Wirausaha (P2MW) 2025 pada tahap bertumbuh. Tim ini diketuai oleh Revaldo Andriansyah dari Program Studi Teknik Industri dan didampingi oleh Amalya Nurul Khairi, S.TP., M.Sc., selaku dosen pembimbing. Anggota tim terdiri atas Gian Nauf Madhoni dan Edgar Alfian Dani dari Teknik Industri, Al-Ilsa Azizah dari Teknologi Pangan, serta Sabella Anting Melati dari Fisika. Mereka mengusung nama usaha Kriwul Snack Bites, sebuah produk inovasi berbahan dasar tepung jangkrik dan tepung tiwul khas Gunungkidul.
Revaldo menuturkan bahwa ide produk ini muncul karena tingginya harga daging sapi di pasaran yang menyulitkan masyarakat untuk memperoleh asupan protein hewani. “Kami ingin menghadirkan produk alternatif tinggi protein dari bahan lokal daerah Gunungkidul, Yogyakarta, yang murah dan bergizi,” ujarnya. Melalui Kriwul Snack Bites, tim menawarkan alternatif pangan berbasis tepung jangkrik dan tepung gaplek yang diolah menjadi camilan praktis bercita rasa modern, sekaligus memperkenalkan makanan khas Gunungkidul sebagai oleh-oleh khas Yogyakarta.
Produk Kriwul awalnya dikembangkan sebagai snack bar tiga tahun lalu oleh mahasiswa Teknologi Pangan yang berhasil mengolah tepung jangkrik menjadi produk pangan fungsional bernilai tinggi. Seiring waktu, inovasi ini berkembang menjadi bentuk baru, yaitu snack bites—varian yang lebih praktis, menarik, dan mudah dibawa ke mana saja. “Tak hanya itu, snack bites juga dirancang dalam bentuk paket sharing sehingga cocok untuk dinikmati bersama teman, keluarga, atau saat momen kebersamaan lainnya,” jelas Sabella. Bentuk bite-size ini dinilai memudahkan konsumsi di berbagai situasi dan mendukung gaya hidup modern.
Selain mudah dikonsumsi, Gian menekankan bahwa Kriwul Snack Bites ditawarkan dengan harga terjangkau tanpa mengorbankan kualitas. “Kami ingin semua kalangan bisa menikmati camilan sehat ini, apalagi dengan konsep share-it package yang mudah dibagi dan pas untuk momen kebersamaan,” ujarnya. Bahan baku utama Kriwul Snack Bites adalah tepung jangkrik buatan sendiri dan tepung gaplek. Jangkrik dipilih karena kandungan proteinnya yang tinggi dan ketersediaannya melimpah. Tepung gaplek digunakan karena kandungan glukosanya yang rendah, tetapi tetap mampu memberikan rasa kenyang lebih lama. Menurut Al-Ilsa, pemilihan bahan baku tersebut menjadikan Kriwul Snack Bites tidak hanya sehat, tetapi juga cocok sebagai camilan fungsional yang mendukung pola makan seimbang. “Selama ini jangkrik dianggap menjijikkan, padahal kandungan proteinnya jauh lebih tinggi dibandingkan daging sapi,” jelasnya.
Produk Kriwul memiliki banyak keunggulan. Selain tinggi protein, snack bites ini menggunakan bahan alami tanpa pengawet, dengan bentuk bite-size yang cocok untuk segala usia, mulai dari anak-anak hingga dewasa, termasuk bagi mereka yang sedang diet protein tinggi. Dampak sosial dan ekonomi dari produk ini juga signifikan, yaitu menjadi sarana edukasi tentang pangan alternatif, memberdayakan masyarakat lokal, membuka peluang lapangan kerja baru, dan mendorong generasi muda untuk berinovasi dari sumber daya lokal. Revaldo juga menambahkan bahwa usaha ini diharapkan dapat menjadi contoh nyata inovasi mahasiswa lintas prodi dalam menyelesaikan permasalahan nyata di masyarakat.
Produk Kriwul telah melalui perjalanan panjang selama tiga tahun terakhir. Jika pada awalnya dikembangkan oleh mahasiswa Teknologi Pangan, Purwanti dan kawan-kawan, dalam bentuk snack bar berbahan tepung jangkrik, kini tim yang baru fokus pada pengembangan desain produk, pemasaran, dan pemberdayaan masyarakat. “Kami ingin produk ini terus berkembang secara berkelanjutan, menjadi simbol kolaborasi antarbidang ilmu, serta menyebarkan nilai lokal dengan pendekatan modern,” kata Revaldo penuh semangat. (Mawar)