Psikologi Profetik sebagai Paradigma Integratif Ilmu dan Iman

Prof. Dr. Drs. H. Waharjani, M.Ag. Guru Besar Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto. Humas dan Protokol UAD)
Prof. Dr. Drs. H. Waharjani, M.Ag., resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dalam Bidang Ilmu Agama pada Sabtu, 16 Agustus 2025, di Amphitarium Kampus IV UAD.
Dalam pidatonya yang berjudul “Pintu Masuk Psikologi Profetik”, Prof. Waharjani menegaskan pentingnya menghadirkan pendekatan psikologi yang berpijak pada nilai-nilai kenabian. Hal ini merupakan respons atas krisis spiritual dan degradasi moral yang melanda masyarakat modern.
“Psikologi profetik hadir untuk menghidupkan potensi kenabian dalam diri manusia, membimbing agar perilaku mencerminkan akhlak mulia di hadapan Allah Swt. dan sesama makhluk-Nya,” ungkapnya.
Ia memaparkan bahwa psikologi profetik (prophetic psychology) berakar pada wahyu dan keteladanan Nabi Muhammad saw. serta mengintegrasikan dimensi spiritual, moral, sosial, dan teosentris. Konsep ini, lanjutnya, menekankan kecerdasan kenabian (prophetic intelligence) yang terdiri dari kecerdasan spiritual, emosional, intelektual, dan kemampuan menghadapi kesulitan dengan sabar serta optimisme. Semua itu berpangkal pada kesehatan hati (qalb) dan sifat kenabian: shiddiq, amanah, tabligh, serta fathanah.
“Psikologi profetik tidak sekadar teori, tetapi jalan transformatif untuk membentuk insan kamil yang mampu menebar rahmat bagi seluruh alam. Ia bisa menjadi solusi nyata bagi problem krisis akhlak, lemahnya kepemimpinan moral, hingga tekanan psikologis dalam kehidupan sehari-hari,” jelas Waharjani.
Di akhir pidatonya, ia menegaskan harapan agar disiplin ilmu ini dapat terus dikembangkan, tidak hanya di ruang akademik, tetapi juga diterapkan dalam pendidikan, bimbingan keluarga, hingga kebijakan sosial. “Dengan psikologi profetik, kita berupaya melahirkan manusia beradab, yang dekat dengan Tuhannya, sekaligus memberi manfaat sebesar-besarnya bagi sesama,” pungkasnya. (Dnd)