Bentuk Kader Kreatif, IMM PBII UAD Gelar Masa Taaruf dan Pelatihan Membatik untuk Kader Muda
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), dan Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) atau yang biasa disebut IMM PBII Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Ahmad Dahlan (UAD), menyelenggarakan kegiatan Masa Taaruf (Masta) yang dikombinasikan dengan pelatihan membatik sebagai bagian dari upaya memperkenalkan organisasi otonom Muhammadiyah kepada mahasiswa baru. Mereka juga ingin memberikan wadah bagi kader IMM untuk mengekspresikan seni melalui batik.
Menurut Rofi’atul Laili, salah satu pengurus IMM PBII, Masta organisasi otonom merupakan kegiatan yang dirancang untuk mengenalkan mahasiswa baru pada berbagai organisasi mahasiswa yang berafiliasi dengan Muhammadiyah. “Tujuan utamanya adalah memperkenalkan organisasi otonom, membangkitkan karakter, dan memperkuat jaringan antar kader,” jelas Rofi’atul. Kegiatan ini khusus diadakan untuk kader dan PK IMM PBII agar mereka dapat menuangkan kreativitas melalui seni membatik.
Acara tersebut mengusung tema “Mencetak Kader Pendidik Berkemajuan dengan Harmonisasi dalam Perkaderan”. Tema ini dipilih untuk merefleksikan visi luhur melahirkan generasi pendidik yang tidak hanya memiliki pengetahuan, tetapi juga kepemimpinan, inovasi, dan kepedulian sosial yang tinggi. Dalam konteks pelatihan membatik, tema “Ragam Seni, Satu Jiwa” dipilih karena membatik memberikan kebebasan bagi peserta untuk mengekspresikan perasaan mereka melalui seni.
“Setiap orang bebas melukiskan apa saja di kain batik, yang kemudian diwarnai. Keberagaman karya itu menciptakan jiwa yang sama,” tambah Rofi’atul.
Masta dilaksanakan pada Jumat, 13 September 2024, di Kampus IV UAD, serta sesi pelatihan membatik diadakan pada 17 Oktober 2024 di Taman Pintar Yogyakarta. Kedua acara tersebut berjalan dengan lancar dan penuh antusiasme dari para peserta.
Masta bertujuan untuk membantu mahasiswa baru beradaptasi dengan lingkungan kampus yang baru, memberikan pemahaman tentang kehidupan organisasi otonom Muhammadiyah, serta mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan dalam lingkungan perkuliahan yang lebih mandiri. “Transisi dari sekolah ke kampus adalah perubahan yang signifikan, dan melalui Masta, kami ingin membantu mahasiswa baru agar merasa nyaman dan siap menjalani kehidupan kampus,” ujar Rofi’atul.
Selain itu, pelatihan membatik bertujuan untuk mempererat silaturahmi antara kader dan Pimpinan Komisariat (PK) IMM PBII, sekaligus menjadi sarana refreshing dari rutinitas perkuliahan. “Kami ingin menunjukkan bahwa IMM tidak hanya fokus pada materi-materi internal, tetapi juga kegiatan-kegiatan lain yang lebih variatif, seperti seni membatik,” katanya.
Pada sesi Masta, para peserta diperkenalkan dengan berbagai organisasi otonom Muhammadiyah seperti Hizbul Wathan, Tapak Suci, dan IMM, dengan setiap organisasi otonom menyampaikan profilnya dengan cara unik. Di sesi pelatihan membatik, para peserta disambut hangat oleh staf di Taman Pintar. Mereka kemudian diperlihatkan contoh-contoh batik dan diperkenalkan dengan alat-alat membatik sebelum memulai proses kreatif mereka. “Dari sketsa hingga pewarnaan, setiap peserta benar-benar menikmati proses ini,” jelas Rofi’atul. Meskipun sempat ada kendala saat mewarnai karena harus bergantian, hal ini tidak mengurangi semangat mereka.
Peserta kegiatan ini meliputi mahasiswa baru UAD angkatan 2024 serta tamu-tamu penting seperti Pembina IMM FKIP, yaitu Khafidhoh, S.Pd., M.Pd., Ramadhani Uswatun Khasanah, S.Pd., S.S., M.Pd., dan Hani Irawati, M.Pd. Rofi’atul mengungkapkan bahwa para peserta, baik kader IMM PBII angkatan 2023 dan 2024, maupun PK, sangat antusias. “Mereka bisa bebas menuangkan karya di kain batik, dan meskipun ada antrean saat mewarnai, suasana tetap ceria.”
Rofi’atul menyampaikan harapan bahwa kegiatan ini bisa menjadi “kanvas kosong” yang akan diwarnai oleh kreativitas dan inovasi para kader IMM. “Setiap kegiatan perkaderan diharapkan bisa membentuk bibit-bibit unggul yang siap menjadi pendidik cerdas dan berakhlak mulia,” tuturnya. Selain itu, dengan pelatihan membatik, diharapkan kader semakin mencintai seni dalam berbagai bentuknya.
“Seni itu adalah bagian dari jiwa, dan kita semua memiliki cara masing-masing untuk mengekspresikannya,” tutup Rofi’atul. (eka)