Danang, Apoteker UAD dengan 21 Publikasi Ilmiah, 8 Terindeks Scopus

apt. Danang Prasetyaning Amukti, M.Farm., Sarjana Farmasi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto. Mawar)
Di sebuah desa kecil di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Sumatra Selatan, lahir seorang pemuda yang menjelma menjadi peneliti yang karya-karyanya melintasi batas negara. Ia adalah apt. Danang Prasetyaning Amukti, M.Farm., putra dari seorang petani sederhana, Bapak Edy Suyanto yang menjadikan semangat dan kerja keras sebagai warisan utama dalam hidupnya.
Perjalanan akademik Danang bermula dari Program Sarjana Farmasi di Universitas Kader Bangsa, Palembang, dilanjutkan dengan pendidikan profesi apoteker di Universitas 17 Agustus Jakarta. Saat itu, Ia berfokus pada praktik farmasi tanpa banyak menyentuh dunia riset.
Namun, keputusannya melanjutkan studi magister di Program Pascasarjana Farmasi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mengubah segalanya. “Di UAD saya mulai melihat bahwa farmasi bukan hanya praktik di lapangan, tetapi juga soal kontribusi ilmiah bagi kesehatan masyarakat,” ujar Danang.
Di bawah bimbingan apt. Lalu Muhammad Irham, M.Farm., Ph.D. dan Prof. Sugiyarto Surono, Danang menemukan gairah baru dalam farmasi klinis, bioinformatika, dan farmakogenomik. Ia mulai aktif meneliti dan menulis, bukan semata-mata untuk memenuhi tuntutan akademik, melainkan sebagai bentuk tanggung jawab moralnya sebagai ilmuwan.
Dalam waktu dua tahun, Ia telah mempublikasikan 21 artikel ilmiah, 8 di antaranya terindeks Scopus, dan menjalin kolaborasi internasional dengan peneliti dari UCLA (Amerika), Ankara University (Turki), dan Taipei Medical University (Taiwan). Ia juga menggandeng para peneliti nasional dari BRIN, Universitas Muhammadiyah Mataram, UGM, dan RSUP Dr. Sardjito.
“Bagi saya, publikasi bukan soal pencapaian pribadi, melainkan kontribusi global. Saya ingin menyuarakan temuan dari Indonesia untuk dunia,” ungkapnya.
Fokus riset Danang terletak pada personalisasi terapi obat berdasarkan profil genetik pasien, sejalan dengan tren global precision medicine. Penelitiannya bertujuan meminimalkan efek samping dan meningkatkan efektivitas pengobatan, khususnya di Indonesia yang masyarakatnya sangat beragam secara genetik. Meskipun dihadapkan pada tantangan seperti kesenjangan akses referensi dan revisi ketat dari reviewer jurnal bereputasi, Danang tetap teguh.
Ia memanfaatkan berbagai sumber daya digital, aktif mengikuti komunitas riset, dan terus menjalin jejaring ilmiah. “Saya percaya bahwa semangat belajar, konsistensi, dan kolaborasi adalah kunci dalam riset. Kritik dari reviewer saya terima sebagai pelajaran, bukan hambatan,” katanya.
Ia menggambarkan prosesnya selama di UAD dengan satu kata, “transformasi.” Dari seorang praktisi farmasi, ia tumbuh menjadi peneliti yang percaya diri dan visioner. Lingkungan akademik yang suportif di UAD menjadi pondasi utamanya, lengkap dengan laboratorium, akses jurnal, serta budaya kolaboratif yang mendorong produktivitas.
Kini, dengan dedikasi dan capaian yang konsisten, Danang bukan hanya memperkuat branding akademik Pascasarjana UAD di tingkat nasional dan internasional, tetapi juga menjadi inspirasi bagi mahasiswa lain agar tidak ragu meniti jalan ilmiah. “Setiap proses, sekecil apa pun, adalah jalan menuju kontribusi besar. Teruslah menulis, meneliti, dan berbagi,” pungkasnya. (Mawar)