FAI UAD Gelar Stadium General, Resmikan Program S3 Studi Agama Islam

Stadium General Peresmian Program S3 Studi Agama Islam FAI Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Dok. Humas UAD)
Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) resmi mendirikan Program Studi Doktor (S3) Studi Agama Islam yang ditandai dengan digelarnya Stadium General pada Sabtu, 20 Syawal 1446 H/19 April 2025 M. Bertempat di Audio Visual Museum Muhammadiyah UAD, acara ini menjadi momen penting dalam langkah strategis UAD mengembangkan keilmuan Islam yang mampu menjawab tantangan zaman.
Acara ini dihadiri oleh tokoh-tokoh penting seperti Rektor UAD Prof. Dr. Muchlas, M.T., Dekan FAI Prof. Dr. Phil. Sahiron, M.A., Prof. Siswanto Masruri, M.A., serta Kepala Program Studi S3 Studi Islam yang diwakili oleh Dr. Fandi Akhmad, M.Pd.I. Dalam sambutannya, Prof. Muchlas menegaskan bahwa pendirian program ini sejalan dengan karakter risalah Islam berkemajuan Muhammadiyah. Ia menyebut program ini sebagai upaya unifikasi keilmuan agar mampu melahirkan pemikiran Islam unggul yang bermanfaat bagi umat.
Sambutan Prof. Muchlas diakhiri dengan pantun yang disambut meriah oleh para hadirin. Selanjutnya, stadium general diisi oleh Prof. Dr. Phil. Sahiron, M.A. selaku Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, Kementerian Agama Republik Indonesia. Dalam pemaparannya, beliau mengapresiasi UAD sebagai PTKIS yang telah memberikan kontribusi besar dalam pengembangan pendidikan tinggi keislaman.
Prof. Sahiron menyampaikan harapan besar terhadap lulusan program doktor ini agar mampu menjadi mujtahid kontemporer yakni sosok yang tidak hanya mampu membaca teks klasik (turats), tetapi juga cakap membaca konteks zaman. Menurutnya, lulusan ideal adalah mereka yang menguasai studi keislaman, bahasa asing, serta teknologi informasi, sehingga siap berkiprah dalam ranah akademik maupun sosial secara global.
Dengan pendirian program ini, FAI UAD menunjukkan komitmen kuat untuk melahirkan generasi pemikir Islam yang progresif. Kolaborasi antarormas seperti Muhammadiyah dan NU pun ditekankan sebagai kunci membangun masa depan keislaman Indonesia yang inklusif, adaptif, dan solutif. (Tif)