Gandi, Mahasiswa UAD yang Sukses Ikuti Program AIMS di University of Malaya
Gandi Muhammad Boleng, mahasiswa Program Studi (Prodi) Bahasa dan Sastra Arab (BSA) Universitas Ahmad Dahlan (UAD), berhasil meraih kesempatan emas mengikuti program ASEAN International Mobility for Students (AIMS) di University of Malaya, Malaysia. Kesuksesan ini diraihnya melalui proses seleksi ketat yang melibatkan kemampuan akademik, bahasa, serta motivasi yang kuat. Program tersebut membuka peluang besar bagi mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman internasional dan memperluas jaringan global.
Proses seleksi dimulai dengan pengumuman pendaftaran yang terbuka untuk seluruh mahasiswa Prodi BSA UAD. Mahasiswa yang berminat harus mengumpulkan berbagai berkas, termasuk transkrip nilai dengan IPK minimal 3,50, sertifikat TOEFL dengan skor minimal 500, surat keterangan aktif di organisasi, dan paspor. Setelah seleksi berkas, peserta menjalani tes psikologi dan wawancara dalam bahasa Arab. “Prosesnya sangat menantang, terutama tes wawancara full Arab yang menguji kemampuan komunikasi kami,” ujar Gandi.
Selama berada di Malaysia, Gandi harus beradaptasi dengan sistem pembelajaran yang berbeda. “Di UAD, tugas dan presentasi biasanya hanya satu atau dua kali dalam satu semester. Tapi di University of Malaya, setiap minggu kami harus presentasi dan mengerjakan tugas. Bahkan, setiap 3‒4 pertemuan selalu ada ujian,” jelasnya. Sistem ini, menurut Gandi, menuntut mahasiswa untuk lebih disiplin dan fokus. Selain itu, penggunaan bahasa Arab di kelas dan bahasa Inggris di luar kelas menjadi tantangan tersendiri yang memperkaya pengalamannya.
Tidak hanya sistem belajar, Gandi juga menikmati pengalaman bertemu teman-teman dari berbagai negara seperti Korea, Jepang, Jerman, dan Maroko. “Ini menjadi pengalaman berharga. Kami saling berbagi cerita dan belajar tentang budaya satu sama lain,” katanya. Rutinitas sehari-harinya di Malaysia dimulai dengan bangun sebelum subuh untuk salat di masjid, joging, dan pergi ke kampus. Setelah kuliah, ia menyempatkan waktu di perpustakaan untuk belajar sebelum akhirnya kembali ke asrama pada malam hari.
Bagi Gandi, program AIMS ini adalah pengalaman yang mengubah cara pandangnya. Berasal dari Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, daerah yang memiliki keterbatasan sarana pendidikan, ia merasa tantangan tersebut menjadi motivasi untuk berprestasi di tingkat internasional. “Awalnya ada rasa minder, tapi saya berusaha mendobraknya dengan percaya diri. Ternyata, kita yang berasal dari daerah juga bisa bersaing di skala internasional. Kuncinya adalah keinginan serius dan ikhtiar maksimal,” ungkapnya.
Gandi berharap mahasiswa lainnya bisa memanfaatkan peluang seperti ini di masa mendatang. “Persiapkan diri kalian dari sekarang, terutama untuk memenuhi persyaratan seperti skor TOEFL. Jangan bandingkan prosesmu dengan orang lain, karena setiap orang memiliki jalannya sendiri,” pesannya. Gandi juga menambahkan bahwa pengalaman ini bukan hanya tentang belajar di kampus terbaik di Malaysia, tetapi juga melatih mental, tanggung jawab, dan memperluas koneksi untuk masa depan. Semua itu, menurutnya, adalah bekal yang tak ternilai harganya. (Dilla)