Hakikat Takwa dalam Kehidupan

Ust. Muhammad Aziz, S.T., M.Cs., Ph.D., Khatib Jum’at Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto. IC UAD)
Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) melakukan siaran langsung khotbah Jumat, 24 Oktober 2025, dengan khatib Ust. Muhammad Aziz, S.T., M.Cs., Ph.D., yang merupakan Dosen S-1 Informatika Fakultas Teknik Informatika (FTI) UAD. Dalam khotbahnya, ia mengajak untuk memahami makna takwa kepada Allah Swt. dan mengimplementasikannya dalam kehidupan.
Mengutip Surah Ali Imran ayat 102 yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa dan janganlah kamu mati kecuali dalam kondisi Islam.” Kemudian beliau juga mengutip sabda Rasulullah saw. yang artinya, “Bertakwalah kamu kepada Allah di mana pun saja kamu berada.” Dengan adanya kedua perintah itu, Ustaz Aziz menyatakan bahwa sebagai umat Islam sudah sepatutnya menjadi orang yang bertakwa di manapun dan kapanpun berada.
Secara singkat, takwa merupakan terpeliharanya diri dari siksa Allah Swt. dengan tetap melaksanakan perintah Allah Swt. dan menjauhi larangan-Nya. Dalam khotbah ini, Ustaz Aziz mencontohkan Ali bin Abi Thalib sebagai suri teladan dalam bertakwa. “Ada empat ciri orang bertakwa menurut Ali bin Abi Thalib. Yang pertama yaitu Al-Khauf min al-Jalil, yang berarti merasa takut kepada Allah. Rasa takut di sini berarti takut melakukan perbuatan yang salah atau dosa. Jika seseorang sudah telanjur melakukan kesalahan, sebaiknya segera meminta ampunan kepada Allah Swt. atas segala dosa yang telah dilakukan,” jelasnya.
Kemudian, Ustaz Aziz menjelaskan ciri yang kedua, yaitu Al-‘Amal bi al-Tanzil, artinya beramal dengan apa yang diwahyukan oleh Allah Swt. Dalam Islam sudah ada peraturan serta regulasinya, yaitu Al-Qur’an dan as-Sunnah. Muhammadiyah secara konsisten berpegang teguh pada Al-Qur’an dan as-Sunnah untuk menegakkan amar makruf nahi munkar dan memberantas tahayul, bid’ah, dan khurafat dalam kemurnian Islam. Dengan demikian, jangan pernah menambah atau mengurangi regulasi yang sudah ada dalam Al-Qur’an maupun as-Sunnah. Jadi, beramal dengan apa yang diwahyukan oleh Allah Swt., misalnya melaksanakan puasa, salat, dan ibadah lainnya yang diwahyukan oleh Allah Swt. Jika tidak ada wahyu atau perintah dari Allah Swt. yang jelas, maka tidak usah dikerjakan.
Lalu, Ustaz Aziz menjelaskan ciri takwa yang ketiga, yaitu Al-Qana’ah bi al-qalil, yang berarti merasa cukup dan rida dengan pemberian Allah Swt. meskipun sedikit. Banyak orang yang diberikan harta yang banyak tetapi tidak puas mencari harta dengan cara yang haram, seperti korupsi dan lain sebagainya. Dalam khotbahnya, Ustaz Aziz mencontohkan Tsa’labah, seorang yang sangat takwa ketika dalam keadaan miskin, yang kemudian melenceng setelah meminta didoakan oleh Rasulullah saw. untuk menjadi kaya. Karena kekayaannya, Tsa’labah tidak sempat lagi beribadah.
“Jadi, Allah Swt. lebih tahu mana yang lebih baik bagi umatnya. Apakah cukup pantas untuk diberikan harta yang banyak kemudian menjadi dermawan atau hanya diberikan harta yang sedikit agar tetap menjadi manusia yang bertakwa,” tambahnya.
Kemudian, Ustaz Aziz memaparkan ciri yang terakhir, yaitu Al-Isti’dad li Yaum al-Rahil, yang bermakna senantiasa mempersiapkan bekal untuk menghadapi kematian dan kembali menghadap Allah Swt. Kematian adalah sesuatu yang pasti. Hanya soal kapan dan jadwalnya tentu saja berbeda-beda. Untuk mengekspresikan ketakwaan itu, maka harus menerapkan sikap ihsan.
Ihsan adalah berbuat baik atau menjadi orang yang baik. Ihsan merupakan bentuk sikap yakin semua perbuatan yang dilakukan dilihat Allah Swt. Contoh dari perbuatan ihsan yaitu berbicara baik, seperti tidak suka gosip atau menyebarkan berita hoaks, kemudian tidak menyakiti tetangga, selalu memuliakan tamu, kemudian tidak mengungkit kembali perbuatan baik yang telah dilakukan.
Dengan demikian, dalam khotbah ini Ustaz Aziz mengajak untuk mengimplementasikan keempat ciri takwa dari Ali bin Abi Thalib dengan cara melakukan perbuatan yang ihsan dalam kehidupan. (Nah)
