Mahasiswa Farmasi UAD Teliti Jamur Susu Harimau untuk Obati Osteoarthritis
Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Farmasi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang berjudul “Eksplorasi Efek Terapi Jamur Susu Harimau (Lignosus Rhinocerus, L) terhadap Pembengkakan dan Nyeri Lutut (Osteoarthritis) in Vitro in Vivo”, berhasil lolos. Riset ini mendapat pendanaan dari Direktorat Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Kegiatan tersebut secara resmi dimulai pada Jumat, 19 April 2024 yang bertepatan dengan pengumuman lolos pendanaan PKM 2024.
PKM merupakan suatu wadah kegiatan yang dibentuk oleh Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan dalam memfasilitasi potensi kreatif serta ide-ide dan inovasi yang dimiliki mahasiswa di seluruh perguruan tinggi Indonesia. Tujuannya untuk mengkaji, mengembangkan, menyebarkan, dan menerapkan ilmu pengetahuan, teknologi, hingga budaya yang telah dipelajarinya di perkuliahan sehingga nantinya dapat memberikan dampak positif untuk masyarakat luas.
Tim PKM dari Fakultas Farmasi UAD yang diketuai Selvia Ningsih beserta timnya yang beranggotakan Dipa Dwi Anjani, Mayda Komala, Dea Aprilliani Safitri, dan Naila Munjihatuttazkiyah, memilih mengeksplorasi efek tanaman jamur susu harimau terhadap pembengkakan dan osteoarthritis.
Selama pelaksanaan penelitian, tim ini dibimbing oleh dosen Fakultas Farmasi yaitu Dr.rer.nat. apt. Endang Dermawan, M.Si. Penelitian bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan dari jamur susu harimau, mengetahui pengaruh jamur susu harimau dalam menurunkan pembengkakan dan nyeri lutut terkait dengan OA dengan parameter antinyeri, serta antiinflamasi dan histologi pada hewan coba.
Jamur susu harimau tumbuh subur di wilayah geografis seperti Cina Selatan, Malaysia, Indonesia, Filipina, Papua Nugini, Selandia Baru, dan Australia. Di Indonesia, jamur ini banyak digunakan dalam pengobatan tradisional di pedalaman Kalimantan Barat terutama di Kapuas Hulu.
Jamur susu harimau mengandung komponen-komponen senyawa yang aktif seperti flavonoid, alkaloid, asam lemak, steroid, dan senyawa lain. Senyawa-senyawa tersebut memiliki aktivitas yang sudah diuji secara in-vitro, in-vivo, dan secara klinik, selain itu kandungan senyawa tersebut dijadikan sebagai food supplement. Ekstrak sklerotium-nya telah terbukti sebagai antioksidan, antimikroba, antiinflamasi, antiasma, dan mampu meningkatkan imunomodulator.
Dengan ini, besar harapan Selvia beserta timnya dalam penelitian ini agar bisa mendapatkan serta menghasilkan formulasi yang dapat digunakan untuk menyembuhkan pembengkakan dan osteoarthritis. Selain itu, hasil penelitian tersebut juga dapat digunakan dan dikembangkan sebagai inovasi ilmu pengetahuan di bidang pengobatan secara luas dan agar dapat digunakan secara baik dan benar, sehingga tujuan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat luas. (doc)