Mahasiswa Teknologi Pangan UAD Edukasi UMKM Bantul tentang Higiene dan Sanitasi Pangan

Adi Satria, mahasiswa Teknologi Pangan UAD, berfoto bersama pemilik UMKM Waroenk Fatih usai pelatihan higiene dan sanitasi pangan (Foto. Chan)
Upaya membangun kesadaran pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) terhadap pentingnya keamanan pangan terus digalakkan. Salah satu bentuk nyata datang dari Adi Satria, mahasiswa Program Studi Teknologi Pangan Universitas Ahmad Dahlan (UAD), yang menginisiasi pelatihan bertema higiene dan sanitasi pangan. Kegiatan ini berlangsung pada Selasa, 10 Juni 2025, di UMKM Waroenk Mas Fatih, yang berlokasi di Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
Pelatihan tersebut merupakan bagian dari implementasi kurikulum Sapa Kampus, program hasil kerja sama antara Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dengan perguruan tinggi. Program ini sebelumnya dikenal sebagai “Pangan Aman Goes to Campus” dan disusun mengacu pada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) C.100000.006.01.
Melalui sesi penyuluhan yang dikemas secara interaktif, ia menjelaskan berbagai aspek penting dalam praktik higiene dan sanitasi pangan—mulai dari jenis cemaran biologis yang sering terjadi dalam produksi makanan, tata cara menjaga kebersihan lingkungan produksi, hingga regulasi pemerintah yang menjadi dasar hukum keamanan pangan di Indonesia.
“Penerapan higiene dan sanitasi bukan hanya kewajiban regulatif, tetapi juga bentuk tanggung jawab produsen terhadap konsumen,” jelas Adi.
Kegiatan ini tidak hanya menjadi sarana belajar bagi pelaku UMKM, tetapi juga momen refleksi penting mengenai pentingnya proses produksi yang higienis. Bintang, pemilik Waroenk Mas Fatih, mengaku sangat terbantu.
“Kami sangat berterima kasih atas materi dan pendampingan yang diberikan. Banyak hal baru yang kami pelajari hari ini. Semoga kegiatan seperti ini bisa terus dilakukan untuk membantu pelaku UMKM berkembang,” ungkapnya.
Pelatihan berlangsung lancar dan disambut antusias oleh peserta. Kolaborasi antara mahasiswa dan pelaku UMKM ini menjadi bukti bahwa edukasi tentang keamanan pangan tidak harus datang dari institusi besar—mahasiswa pun bisa menjadi agen perubahan yang berdampak nyata. (Adi)