PBSI FKIP UAD Gelar Sapa Prodi, Mahasiswa Dapat Ruang Suara dan Solusi

Dr. Yosi Wulandari, M.Pd., Dosen PBSI Universitas Ahmad Dahlan (UAD) saat memberikan penjelasan (Foto Mawar)
Dalam upaya membangun komunikasi yang lebih terbuka dan responsif antara program studi dan mahasiswa, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menggelar kegiatan Sapa Prodi secara daring melalui Google Meet, dan disiarkan langsung melalui kanal YouTube PBSI FKIP UAD Official, Sabtu, 3 Mei 2025.
Kegiatan ini dibuka oleh Kaprodi PBSI, Roni Sulistiyono, S.Pd., M.Pd., yang menyampaikan bahwa Sapa Prodi merupakan sarana penting untuk menjalin dialog dua arah antara prodi dan mahasiswa, baik dalam aspek akademik maupun non-akademik. Menurutnya, pertemuan ini diadakan untuk mendengarkan langsung suara mahasiswa agar pelaksanaan pendidikan di PBSI berjalan lebih optimal.
“Kami ingin tahu, apakah perkuliahan sudah berjalan lancar atau ada kendala? Apakah dosen datang tepat waktu? Kami butuh laporan dari teman-teman mahasiswa karena prinsip kami adalah memberikan pelayanan maksimal,” ujar Roni dalam sambutannya.
Ia juga menyinggung beberapa isu penting, di antaranya, perkuliahan tahsin sebagai syarat wajib kelulusan dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dengan standar minimal nilai B, tes Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) dan TOEFL yang walaupun tidak memiliki masa kedaluwarsa tetap harus memenuhi batas skor tertentu yaitu UKBI 550 dan TOEFL 420. Alternatif penyusunan tugas akhir tidak selalu dalam bentuk skripsi tetapi juga bisa melalui publikasi ilmiah, dan program KKN baik reguler maupun alternatif yang harus disesuaikan dengan kesiapan SKS dan mata kuliah prasyarat.
Tak hanya akademik, Roni juga menekankan pentingnya komunikasi aktif mahasiswa, termasuk menyampaikan kendala pembiayaan ataupun masalah psikologis akademik, secara langsung ke pihak prodi. “Jangan hanya sharing di media maya. Lebih baik komunikasikan langsung ke kami. Kalau tidak ada komunikasi, maka tidak akan ada solusi,” imbuhnya.
Sesi dilanjutkan dengan penjelasan dari Dr. Yosi Wulandari, M.Pd., salah satu dosen PBSI, yang menyampaikan bahwa program Sapa Prodi diadakan secara rutin di awal semester menjelang UTS dan menjelang UAS. Ia juga menekankan bahwa kegiatan ini bukan sekadar forum formal, tetapi menjadi semacam mimbar akademik, tempat mahasiswa bebas menyampaikan kritik, saran, maupun apresiasi terhadap proses pembelajaran.
“Kalau merasa dosen terlalu banyak memberi tugas, misalnya saya, silakan sampaikan. Kami sangat terbuka, dan semua masukan akan ditindaklanjuti dalam rapat prodi,” ujar Yosi.
Kegiatan Sapa Prodi ini menjadi bukti konkret komitmen PBSI FKIP UAD dalam membangun pendidikan yang partisipatif dan berkualitas, di mana suara mahasiswa menjadi bagian penting dari proses peningkatan mutu akademik. (Mawar)