Prestasi Adalah Tradisi Kami: Muda Berkarya, Kampus Berdaya

Talkshow Softskill Series #2 oleh Biro Kemahasiswaan dan Alumni (BIMAWA) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto. Septi)
Biro Kemahasiswaan dan Alumni (BIMAWA) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) kembali menyelenggarakan Talkshow Softskill Series #2 Part 2 pada Sabtu, 15 November 2025 secara daring melalui Zoom Meeting dan kanal YouTube Bimawa UAD bertajuk “Prestasi Adalah Tradisi Kami: Muda Berkarya, Kampus Berdaya” menghadirkan tiga pemateri, yakni Susila Indah Rahayu, Ketua Tim Program Pembinaan Mahasiswa Wirausaha (P2MW) 2025,Muhammad Rifki Rahadi, Ketua Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPKO) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Fakultas Farmasi , dan Dinda Aisyah Rizqianingrum, Ketua Umum Program Kreativitas Mahasiswa (PKM UAD).
Pemateri pertama, Susila Indah Rahayu, membuka sesi dengan menekankan pentingnya kemampuan mengenali diri sebagai langkah awal mahasiswa baru dalam menyesuaikan diri dengan dunia perkuliahan. Dalam pemaparannya, Susila menjelaskan bahwa pengelolaan waktu, pencatatan agenda, serta keberanian mencoba hal baru menjadi kunci dalam membangun kebiasaan positif. Ia menegaskan bahwa hard skills dan soft skills harus dikembangkan bersamaan, karena keduanya menjadi fondasi profesional sekaligus pembeda mahasiswa dalam menghadapi persaingan.Susila juga memaparkan berbagai pengalaman lomba, keaktifan organisasi, serta dukungan penuh UAD dalam pembinaan prestasi. Ia mencontohkan pengalaman mengikuti P2MW hingga lolos pendanaan, mulai dari proses penyusunan ide, seleksi universitas, seleksi nasional, hingga persiapan menuju KMI Expo.
Pemateri kedua, Muhammad Rifki Rahadi, membagikan perjalanan pengembangan soft skills yang ia mulai sejak mengikuti Pelatihan Soft Skills Tahap 1. Rifki mengaku dulunya pemalu dan pasif, namun melalui organisasi serta konsistensi melatih kemampuan interpersonal, ia berani mengambil amanah besar sebagai Ketua Pelaksana PPK Ormawa IMM Fakultas Farmasi 2025.
Ia memaparkan bagaimana tekanan selama menjalankan program justru menjadi ruang untuk mempraktikkan problem solving, leadership, dan manajemen tim. Rifki juga menceritakan perjalanan timnya sejak seleksi universitas hingga lolos pendanaan nasional dan visitasi. Ia bangga bahwa program pengabdian yang dijalankan dapat membantu masyarakat hingga memperoleh apresiasi daerah dan diliput berbagai media. Rifki menegaskan bahwa soft skill tidak boleh hanya dipelajari, tetapi harus dipraktikkan dalam kegiatan nyata.
Sesi dilanjutkan oleh pemateri ketiga, Dinda Aisyah Rizqianingrum, yang memfokuskan paparannya pada manfaat soft skills bagi mahasiswa di bidang akademik maupun profesional. Dinda menjelaskan bahwa masa kuliah adalah fase transisi yang menuntut kemampuan self-management, termasuk mengenali diri melalui analisis SWOT seperti yang dilakukan pada Soft Skills Tahap 1.
Ia membagikan pengalamannya mengikuti PKM hingga dua kali mendapatkan pendanaan Kemendikti Saintek, serta bagaimana universitas memberikan pendampingan intensif sejak tahap ide, seleksi internal, hingga pelaksanaan penelitian. Ia juga menegaskan bahwa kegiatan kompetisi tidak sekadar menghasilkan prestasi, tetapi juga membuka kesempatan relasi, peluang kerja, hingga pengakuan akademik.Ia mencontohkan bahwa hasil penelitiannya direkognisi sebagai skripsi dan beberapa mata kuliah dikonversi menjadi nilai akademik. Bahkan, pengalaman tersebut membawanya menjadi pemateri soft skills di Universitas Gadjah Mada (UGM). “kesempatan tidak datang dua kali dan mahasiswa harus berani mengambil peluang sejak dini”.Pesannya
Sebagai penutup Ketiga pemateri mengajak mahasiswa UAD untuk berani bermimpi besar, mengambil peluang, mengembangkan potensi diri, dan memanfaatkan seluruh fasilitas yang telah disediakan kampus.(Septia)
