Tingkatkan Self-Efficacy Melalui Bimbingan Kelompok Teknik Experiential Learning
Mahasiswa Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan Gelombang 1 Tahun 2023 Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang bernama Ayumeilinda Sofyanafi Hapsari, S.Sos. telah memberikan layanan bimbingan kelompok menggunakan teknik eksperiental learning kepada siswa kelas XI F1 di SMA N 4 Yogyakarta demi meningkatkan self-efficacy pada peserta didik. Kegiatan ini dilaksanakan sebanyak empat kali pertemuan pada 12 Februari–22 Maret 2024.
Bimbingan kelompok dengan teknik eksperiental learning dipilih sebagai salah satu strategi dalam meningkatkan self-efficacy peserta didik. Self-efficacy atau efikasi diri yang dimiliki seseorang biasanya akan berpengaruh pada individu tersebut dalam menentukan sebuah tindakan atau keputusan. Kemudian, tindakan tersebut dilakukan untuk mencapai suatu tujuan, beberapa hal, atau kemungkinan-kemungkinan yang akan hadir di masa depan.
Sebenarnya, apa sih self-efficacy?
Self-efficacy atau efikasi diri adalah salah satu persepsi seseorang yang menganggap bahwa orang tersebut bisa melakukan sesuatu yang cukup penting untuk mencapai sebuah tujuan. Hal tersebut mencakup tentang perasaan untuk mengetahui apa yang perlu dilakukan serta secara emosional mereka mampu untuk melakukan hal itu. Secara singkat, self-efficacy memiliki arti keyakinan atau kepercayaan seseorang kepada kekuatan diri.
Terdapat ciri-ciri seseorang yang memiliki self-efficacy rendah. Ia akan selalu memikirkan kegagalan dan lebih fokus pada hal-hal yang bernilai negatif. Cepat merasa kehilangan kepercayaan diri. Apabila menemukan tugas yang cukup sulit, maka mereka akan cenderung merasa bahwa hal tersebut di luar kemampuannya. Selain itu juga terlalu sering menghindari tantangan tertentu.
Berdasarkan ciri-ciri tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa self-efficacy mampu memengaruhi tingkat produktivitas seseorang. Maka dari itu, sangat penting untuk mengembangkan self-efficacy pada diri individu. Salah satu caranya yaitu melalui layanan bimbingan kelompok teknik eksperiental learning.
Mengapa dengan teknik eksperiental learning? Sebab, melalui teknik ini, peserta didik dapat belajar secara langsung dari pengalamannya. Experiential learning adalah pintu gerbang untuk pembelajaran yang lebih berarti dan menyeluruh. Pendekatan ini telah membuktikan diri sebagai sarana yang efektif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan membentuk individu yang siap menghadapi tantangan dan menciptakan dampak positif dalam masyarakat. Sebagai pendekatan yang berorientasi pada tindakan, experiential learning tetap relevan dan berharga dalam menghadapi perubahan dunia pendidikan yang terus bergerak maju.
Experiential learning, atau pembelajaran berbasis pengalaman, merupakan suatu pendekatan dalam proses pendidikan yang menekankan pada pengalaman langsung, interaksi aktif, dan refleksi mendalam untuk mencapai pemahaman yang mendalam dan abadi. Metode ini berfokus pada penerapan pengetahuan dan keterampilan dalam situasi dunia nyata, yang mendorong siswa untuk belajar dari pengalaman mereka sendiri.
Melalui layanan bimbingan kelompok dengan teknik experiential learning, peserta didik memiliki kesempatan untuk menemukan nilai-nilai dan keyakinan mereka sendiri, serta memahami pentingnya berperan aktif dalam membentuk masyarakat yang lebih baik. Proses belajar tersebut menginspirasi peserta didik untuk menjadi pemikir kritis, inovatif, dan berempati terhadap kebutuhan orang lain, dan mendorong mereka untuk menjalani peran aktif sebagai anggota masyarakat yang berperan dalam menciptakan perubahan positif.
Target utama yang jadi sasaran dalam kegiatan adalah siswa kelas XI F1 di SMA N 4 Yogyakarta. Teknik eksperiental learning dengan berbagai media permainan yang menarik dipilih dalam sesi layanan bimbingan kelompok ini. Untuk meraih tujuan utama yaitu meningkatkan self-efficacy. Hal itu dimaksudkan untuk menginternalisasi rasa percaya diri, problem solving, rasa optimisme, dan keterampilan mengambil keputusan dengan berbagai risiko, sehingga self-efficacy akan meningkat.
Siswa yang mengikuti kegiatan mengaku sangat senang karena mendapat banyak manfaat dari layanan bimbingan kelompok yang diadakan. Mereka mengenal istilah-istilah baru seperti self-efficacy, self-awareness, self-talk, dan lain sebagainya. Lalu, mereka juga belajar tentang faktor-faktor yang membuat self-efficacy rendah, serta cara meningkatkannya. Selain itu, kemampuan para siswa dalam bekerja sama, komunikasi, dan interaksi dengan lingkungan sekitar juga bertambah.
Mengingat begitu besarnya dampak buruk rendahnya self-efficacy, maka bimbingan kelompok seperti kegiatan ini perlu dilakukan secara konsisten. Berbeda dengan generasi sebelumnya, era globalisasi sekarang menuntut kita untuk menjadi individu yang percaya diri, adaptif, dan produktif dalam rangka menghadapi intervensi yang kuat.