15 Dosen UAD Terpilih Menjadi Reviewer BRIN, Bukti Kualitas Riset Semakin Unggul

Salah Satu Gedung di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto. Humas dan Protokol UAD)
Universitas Ahmad Dahlan (UAD) kembali mencatatkan prestasi gemilang dalam bidang riset dan inovasi. Sebanyak 15 dosen UAD terpilih menjadi Reviewer Deputi Bidang Fasilitasi Riset dan Inovasi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Penetapan ini berdasarkan Surat Keputusan Deputi Bidang Fasilitasi Riset dan Inovasi BRIN dengan nomor B-1947/II.7/HK.01.00/7/2025.
Adapun dosen yang terpilih yakni Prof. Sulistiyawati, S.Si., M.PH., Ph.D., Dr. Fitriana, MSc.FM., Sp.KKLP., Dr. Enung Hasanah, S.Pd., M.Pd., Dr. Wantini, S.Pd.I., M.Pd.I., Dr. Ika Maryani, S.Pd., M.Pd., Prof. Dr. Ir. Erna Astuti, ST., M.T., IPM., Prof. Dr. Ir. Siti Jamilatun, M.T., Prof. Dr. Solikhah, S.KM., M.Kes., Dr.PH., Prof. Dr. Ir. Zahru Mufrodi, S.T., M.T., IPM., Ir. Herman Yuliansyah, S.T., M.Eng., Ph.D., Apt. Lalu Muhammad Irham, M.Farm., Ph.D., Prof. Dr. Suyatno, M.Pd.I., Ir. Iqbal S. Si, M.Sc., Ph.D., Dr. Fatwa Tentama, S.Psi., M.Si., serta Dr. Murinto, S.Si., M.Kom.
Menurut Ir. Phisca Aditya Rosyady, S.Si., M.Sc., Ketua BRIN UAD, capaian ini tidak lepas dari kesiapan dosen UAD yang dinilai memiliki spesifikasi kepakaran sangat baik. Ia menjelaskan, pembukaan sebagai reviewer BRIN memang ditujukan bagi seluruh periset dari BRIN, perguruan tinggi, maupun lembaga riset lainnya, baik ASN maupun non-ASN. Adapun syarat yang ditetapkan cukup ketat, yaitu berpendidikan minimal S3, memiliki kepakaran sesuai bidang pendanaan riset, pengalaman dalam penelitian dengan minimal dua kali pendanaan eksternal sebagai ketua, memiliki paten atau Hak Kekayaan Intelektual yang dilisensikan ke industri, serta publikasi bereputasi dengan minimal lima indeks Scopus.
Phisca menambahkan, UAD dalam tiga tahun terakhir selalu menduduki peringkat teratas jumlah proposal yang didanai hibah Kememdiktisaintek untuk kategori PTS se-Indonesia. Karena itu, BRIN UAD aktif menyebarluaskan informasi pembukaan reviewer sekaligus memberikan pendampingan parsial kepada dosen dalam proses seleksi administrasi hingga substansi. “Peluangnya sangat strategis. Dosen UAD yang menjadi reviewer nasional akan mendapat pengalaman penting dalam mereview proposal riset. Hikmahnya, pengalaman itu bisa didiseminasikan ke dosen lain di UAD sehingga mereka lebih siap menyusun proposal berkualitas agar lolos dan didanai,” jelasnya.
Hingga Agustus 2025, dari sekitar 30 proposal riset UAD yang disubmit, tercatat dua sudah dinyatakan lolos pendanaan, sementara beberapa lainnya telah lolos administrasi dan substansi serta menunggu proses kontrak. Pada Oktober mendatang, BRIN kembali membuka batch ketiga pendanaan Riset Indonesia Maju (RIM), dan UAD tengah mempersiapkan proposal terbaiknya.
Lebih jauh, Phisca berharap capaian ini bukan hanya menambah jumlah pendanaan, tetapi juga menguatkan daya saing riset UAD di tingkat nasional. “Dengan semakin banyak dosen yang menjadi reviewer, UAD tidak hanya berkompetisi dalam pendanaan, tetapi juga memastikan kualitas riset meningkat, mengarah pada hilirisasi, menghasilkan produk terapan yang bermanfaat bagi masyarakat, hingga berimplikasi pada komersialisasi sebagai income generator bagi universitas,” tegasnya. (Mawar)