Dadang Kahmad: Muhammadiyah Harus Maksimalkan Keunggulan Teknologi
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Dr. Dadang Kahmad, M.Si. mengatakan bahwa pada periode kedua keunggulan Muhammadiyah belum mencapai titik maksimal. Ia membeberkan alasan itu dikarenakan saat ini Muhammadiyah masih berusaha untuk memperkuat persaingan di era teknologi digital yang sangat masif.
Hal tersebut disampaikan pada saat ia memberikan sambutan dalam acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Majelis Pustaka dan Informasi pada Jumat, 14 Juli 2023 di Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Dadang menambahkan, terdapat perbandingan antara Muhammadiyah periode pertama dan kedua yang memiliki tingkat persaingan yang jauh berbeda. “Keunggulan kita itu belum maksimal. Sekarang dalam periode pertama Muhammadiyah memang luar biasa dan kita mendapatkan semacam predikat organisasi Islam yang paling berhasil di dunia,” jelasnya.
Ia menambahkan, prestasi yang telah diraih Muhammadiyah pada periode pertama sudah diakui dunia. Hal tersebut, kata dia, pada periode pertama Muhammadiyah dikategorikan sebagai organisasi yang selalu memiliki keberuntungan. “Predikat itu bukan dikatakan oleh pengamat dalam negeri tetapi pengamat luar negeri. Mereka membandingkan dengan kondisi umat Islam di negara lain lalu dibandingkan dengan kita Muhammadiyah, ternyata jauh kita lebih. Makanya disebut juga dengan organisasi Islam yang paling dirahmati,” ujarnya.
Dadang mengharapkan angkatan kedua Muhammadiyah (2022‒2027) dapat menghadapi berbagai tantangan yang akan datang. Sebab, kata dia, tantangan yang akan datang itu lebih rumit dibandingkan dengan angkatan pertama Muhammadiyah. Pada tahun 2012 lalu memang terjadi berbagai perubahan dalam kehidupan. Di antaranya perubahan pola komunikasi hingga konsumsi yang disebabkan oleh digitalisasi.
“Jadi sejak 2012 itu kita sudah memasuki abad ke-2 Muhammadiyah dan itu bertepatan dengan perubahan yang terjadi, terutama digitalisasi di berbagai aspek. Sejak ditemukannya internet, masifnya tahun 90-an, membuat perubahan baik dalam pola komunikasi maupun konsumsi,” jelasnya.
Kendati demikian Dadang menyebut jika pada tahun tersebut merupakan zaman disrupsi atau perubahan besar yang terjadi. Sehingga, saat ini manusia harus memperhatikan bagaimana perkembangan kehidupan di dunia. “Sejak saat itu dikenal dengan zaman disrupsi, zaman perombakan besar dari tatanan lama ke tatanan yang baru. Oleh karena itu, ini hal yang harus kita perhatikan betul,” tutupnya. (Han)