Isah Fitriani: Perjuangan di Balik Gelar Wisudawan Berprestasi

Isah Fitriani, Wisudawan Berprestasi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto. Isah)
Setiap mimpi, sekecil apa pun, layak untuk diperjuangkan. Kalimat itulah yang menjadi pengiring langkah Isah Fitriani selama menempuh pendidikan Magister Kesehatan Masyarakat di Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Lulus dengan IPK 3,97, ia dinobatkan sebagai wisudawan berprestasi setelah menorehkan berbagai capaian akademik dan nonakademik di tingkat daerah, provinsi, hingga nasional.
Perjalanan prestasi Isah dimulai pada tahun 2021 saat ia meraih Hibah Pendanaan PKM-PM Ditjen Dikti Kemendikbud RI, Juara II LKTI Nasional, dan Juara III Lomba Esai Nasional. Setahun berselang, ia dinobatkan sebagai Koordinator Daerah Terbaik Se-Wilayah 3 ISMKMI dan menyabet Juara I Lomba Esai Tingkat Provinsi. Ia juga meraih Juara II Lomba Penelitian Ilmiah pada Forum Ilmiah Tahunan dan Kongres Nasional IAKMI.
Prestasinya terus berlanjut. Pada 2024, Isah menorehkan predikat Peserta Terbaik B dalam Lomba Puisi Nasional. Puncak pencapaian terjadi pada 2025, saat ia meraih Juara I Lomba Presentasi Oral, Juara III Lomba Esai disertai predikat Best Poster dan Favorite Paper, Juara II Lomba Esai Nusantara Writing Festival 3, serta masuk 10 besar Lomba Artikel Ilmiah JoMaSSH FK UNY.
Di balik deretan penghargaan tersebut, Isah tentu menghadapi tantangan yang tidak ringan. Ia harus membagi waktu antara kuliah, menyelesaikan tesis, membantu administrasi skripsi di Prodi S-1 Kesmas, mengajar les privat, menjadi jurnalis di Bidang Humas dan Protokol UAD, mempersiapkan lomba, hingga menulis publikasi ilmiah.
Meski begitu, prinsipnya tetap teguh. “Gagal itu memang melelahkan, tetapi bukan berarti kau harus kehilangan masa depan. Bergeraklah, ciptakan perubahan, maka kau akan memperoleh keberhasilan. Kadang, kita harus berpura-pura kuat di tengah keramaian, tetapi apa yang dijalani sepenuh hati tidak akan sia-sia,” ungkapnya.
Di masa depan, Isah berencana untuk terus berkarya di bidang promosi kesehatan dan ilmu perilaku, menjangkau daerah terpencil, mengangkat isu kesehatan yang luput dari perhatian, dan berkontribusi dalam pengembangan kebijakan serta media promosi kesehatan. Baginya, gelar magister ini merupakan awal dari perjalanan baru. Sebab, ia selalu meyakini bahwa setiap orang akan hebat dengan caranya sendiri dan ia memilih untuk hebat melalui kontribusinya di bidang kesehatan masyarakat. (Lus)