Efek Negatif Gadget bagi Anak Usia Dini Jadi Konsentrasi KKN UAD di Tegallayang
“Anak-anak yang penting diam dan bisa ditinggal oleh orang tua yang sibuk bekerja. Namun, ya itu tadi, solusinya dengan memberikan gadget. Banyak dari kami di sini yang bekerja sebagai buruh atau petani, sehingga bukan dari kalangan menengah ke atas yang memiliki pembantu,” jelas Tri Murtini, S.P.d.UD.
Ia mengatakan bahwa fenomena adiksi gadget ini sebagian besar disebabkan oleh kesibukan orang tua dalam pekerjaan, sementara anak-anak tidak mendapatkan pengawasan yang memadai karena ketiadaan asisten rumah tangga (ART).
Kecanduan gadget atau gawai yang dialami oleh anak usia dini bukanlah hal yang asing lagi. Oleh karena itu, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Reguler Periode ke-127 Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Unit V.B.3 menggelar diskusi bertema parenting di Padukuhan Tegallayang IX, Caturharjo, Pandak, Bantul. Diskusi yang berjudul “Bahaya Gadget bagi Anak Usia Dini” ini berlangsung berkat kolaborasi dengan Taman Kanak-Kanak (TK) ABA Tegallayang II.
Acara ini digagas sebagai respons terhadap kekhawatiran masyarakat mengenai perilaku anak-anak yang sudah menunjukkan tanda-tanda kecanduan gadget. Kepala Sekolah TK ABA Tegallayang II, Tri Murtini, mengungkapkan bahwa dampak negatif dari penggunaan gadget yang berlebihan pada anak-anak sudah mulai dirasakan di lingkungan sekolah.
“Kalau sudah di sekolah, lagunya TikTok semua, seharusnya mereka menyanyikan lagu anak-anak, bukan lagu orang dewasa. Bahkan, gerakan yang mungkin kita anggap erotis sudah mulai ditiru oleh anak-anak,” ujarnya.
Sementara itu, beberapa wali murid mengakui bahwa anak-anak mereka sudah menunjukkan tanda-tanda kecanduan gadget. Perubahan emosi yang tidak terkontrol, kesulitan melepaskan diri dari gadget, serta penolakan terhadap nasihat orang tua menjadi indikasi yang semakin mengkhawatirkan.
Diskusi yang diadakan di Pendopo TK ABA Tegallayang II ini dihadiri oleh para wali murid dan berlangsung secara interaktif. Para peserta aktif mengajukan pertanyaan serta berbagi pandangan mengenai masalah adiksi gadget pada anak usia dini.
Ketika dimintai tanggapan mengenai diskusi tersebut, Tri Murtini menyatakan bahwa acara ini sukses karena para wali murid terlibat aktif dalam berdiskusi dan saling berbagi pengalaman. “Saya kira diskusi parenting ini berhasil karena materi yang disampaikan oleh pemateri mendapatkan tanggapan positif dari peserta. Mereka berani bertanya dan berbagi pendapat, jadi saya kira acara ini sukses,” ungkapnya.
Ia berharap, dengan adanya kolaborasi bersama mahasiswa KKN Reguler-127 Unit V.B.3, para orang tua dapat mengubah cara pandang mereka terkait pemberian gadget kepada anak. Ia menginginkan agar anak-anak dapat berkembang sesuai dengan usianya, tanpa terdampak oleh pendewasaan yang tidak sesuai melalui penggunaan gadget. Selain diskusi, TK ABA Tegallayang II juga telah mengambil langkah untuk mengalihkan perhatian anak-anak dari gadget dengan memperkenalkan permainan tradisional.
“Di sekolah kami sudah mulai memperkenalkan permainan tradisional. Ini tidak hanya untuk melestarikan budaya Jawa seperti cublek-cublek suweng dan engklek, tetapi juga agar anak-anak bisa terlepas dari ketergantungan gadget,” terang Tri Murtini.
Melalui diskusi tersebut, mahasiswa KKN Unit V.B.3 berharap para orang tua dapat mengambil intisarinya, sehingga mampu meminimalisir penggunaan gadget pada anak dan lebih peduli terhadap dampak negatif yang dapat terjadi di masa depan. (doc)