Jejak yang Tak Pernah Padam: Penghormatan untuk Wisudawan Anumerta

Keluarga Wisudawan Anumerta Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto. Humas UAD)
Wisuda Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Periode III Tahun Akademik 2024/2025 menjadi ajang penghormatan tak hanya untuk para lulusan yang hadir secara langsung, tetapi juga untuk mereka yang telah lebih dahulu berpulang. Dua nama disebut penuh rasa haru dan hormat sebagai Wisudawan Anumerta, Anggi Septya Anggreini, S.K.M. dan Bahran Taib, M.Psi.
Meski tak lagi hadir secara fisik, jejak perjuangan mereka menjadi cahaya yang tetap menyala, menjadi saksi bahwa dedikasi dalam dunia pendidikan adalah bentuk keberanian dan cinta yang tak lekang oleh waktu. “Semangat perjuangan mereka menjadi cerminan karakter tangguh yang tertanam dalam diri mahasiswa UAD,” ujar Rektor UAD saat menyampaikan sambutan.
Anggi: Cahaya dari Wonogiri yang Tak Pernah Redup
Anggi Septya Anggreini lahir di Wonogiri, 23 September 2002. Mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat ini dikenal sebagai pribadi hangat, tekun, dan peduli terhadap sesama. Ia lulus pada 24 Februari 2025 dengan predikat cumlaude dan IPK 3,61. Namun, sebelum sempat menapakkan kaki di panggung wisuda, Anggi dipanggil pulang oleh Sang Khalik karena sakit yang dideritanya. Dalam prosesi wisuda, Bapak Sunoko, ayahanda Anggi, dengan langkah penuh haru, maju ke depan mewakili putrinya menerima ijazah dari rektor. Tepuk tangan panjang dan penuh hormat mengiringi momen tersebut.
Bahran: Pendidik Sejati, Pejuang Hingga Akhir
Bahran Taib, lahir di Samo, 21 Mei 1978, adalah sosok pendidik sejati. Semasa hidupnya, beliau menjabat sebagai Kaprodi Pendidikan Guru PAUD di Universitas Khairun, Maluku Utara. Tak hanya aktif dalam dunia akademik, beliau juga mengabdi sebagai Bendahara Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Maluku Utara, menjadikan hidupnya sarat dengan nilai pengabdian. Bahran berpulang sebelum sempat merayakan kelulusannya di jenjang Magister Psikologi Sains. Dalam momen wisuda, Fairuz, putra kedua beliau, tampil mewakili ayahnya untuk menerima ijazah secara simbolis dari rektor. Dengan mata yang menahan haru, Fairuz berdiri di atas panggung, membawa nama sang ayah yang telah mewariskan semangat belajar dan dedikasi kepada bangsa. Bahran meninggalkan seorang istri dan empat orang anak, sebuah keluarga yang kini mewarisi semangat perjuangannya dalam menebar ilmu dan kebajikan.
Warisan Semangat yang Abadi
Penghargaan anumerta ini menjadi bentuk penghormatan UAD terhadap perjuangan para mahasiswa yang telah menempuh perjalanan akademik dengan sepenuh hati. Bagi universitas, gelar akademik yang diserahkan kepada keluarga bukan hanya formalitas, tetapi pengakuan bahwa semangat belajar adalah warisan yang tak pernah padam. Anggi dan Bahran telah menginspirasi banyak orang melalui ketekunan dan nilai-nilai kehidupan yang mereka bawa. Meski raganya telah tiada, nama dan semangat mereka akan terus hidup, dalam ingatan, dalam doa, dan dalam jejak para penerusnya. (Mawar)