KKN UAD Buat Pupuk Serbaguna dari Sampah Rumah Tangga
Mahasiswa KKN Alternatif 89 Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Unit VII.C.2 bersama perwakilan warga RW.03 Patangpuluhan, Wirobrajan, Yogyakarta, menginisiasi sebuah langkah inovatif berupa pengelolaan sampah menjadi eco enzim dan kompos menggunakan metode ember tumpuk. Kegiatan yang diadakan pada Ahad, (10-12-2023), di Tombo Ati RT 18 RW 03, Patangpuluhan, Wirobrajan ini merupakan upaya bersama untuk menjaga lingkungan serta meningkatkan kesadaran dalam menciptakan lingkungan bersih dan sehat.
Kegiatan diawali dengan penyuluhan mengenai manfaat eco enzim dan kompos serta cara pembuatannya. Warga dan mahasiswa KKN UAD saling berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam mengelola sampah, khususnya sampah rumah tangga. Idha Putri Kinasih, penanggung jawab acara mengungkapkan, “Program ini sebagai wadah belajar bersama, saling berbagi ilmu dan pengalaman. Semoga dengan adanya program ini, masyarakat dapat meneruskan dan memperoleh manfaatnya, serta dapat meningkatkan produktivitas dalam mengelola sampah rumah tangga.”.
Dengan metode ember tumpuk sebagai media utama, pembuatan kompos organik dinilai lebih efektif untuk pengelolaan sampah menjadi produk yang bermanfaat dan menciptakan solusi berkelanjutan untuk. Pupuk yang dihasilkan dapat digunakan sebagai nutrisi tanaman, sedangkan air lindi yang terdapat di bagian bawah ember dapat dimanfaatkan untuk penyiraman atau semprotan penghilang hama pada tanaman.
Dalam pembuatan eco enzim, bahan yang diperlukan pun cukup sederhana, yaitu air, gula merah, dan berbagai macam kulit buah maupun sisa sayuran. Dari bahan tersebut, menggunakan perbandingan 10 banding 3 dan 1. 10 untuk air, 3 untuk limbah buah atau sayur, dan 1 untuk gula merah.
Rini selaku perwakilan warga RW.03 menyampaikan bahwa eco enzim ini memiliki banyak manfaat. Ia menyebut bisa untuk pupuk organik, membersihkan kerak di kamar mandi, dan untuk kesehatan. “Eco enzim dapat dipanen setelah tiga bulan, jika kurang dari tiga bulan hasilnya tidak akan maksimal, dan jika lebih dari tiga bulan hasilnya akan lebih baik,” jelasnya.
Terselenggaranya kegiatan tidak hanya berfungsi sebagai kegiatan praktis, melainkan wujud kolaborasi antara mahasiswa dan warga sekaligus meningkatkan partisipasi masyarakat dalam praktik keberlanjutan. Harapannya tidak hanya memberikan dampak ekologis, tetapi juga menginspirasi kesadaran akan pentingnya langkah-langkah berkelanjutan dalam mengelola sampah di lingkup masyarakat lokal. (Doc)