Membangun Literasi Kritis Melalui Jurnalistik dan Penulisan Karya Sastra

Pelatihan Jurnalistik dan Penulisan Karya Sastra oleh IMM PBII Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto IMM PBII UAD)
Dalam upaya meningkatkan literasi kritis di kalangan mahasiswa, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Komisariat Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, dan Pendidikan Bahasa Inggris (PBII) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menyelenggarakan Pelatihan Jurnalistik dan Penulisan Karya Sastra pada Rabu, 7 Mei 2025. Kegiatan ini berlangsung di Laboratorium Bengkel Media Pembelajaran Matematika UAD dengan mengusung tema, “Tulis dengan Hati, Sunting dengan Teliti: Kader IMM sebagai Penulis yang Beretika dan Kreatif.”
Kegiatan ini bertujuan membekali peserta dengan keterampilan dasar dalam menulis jurnalistik dan karya sastra, serta mendorong keberanian mereka dalam menyampaikan gagasan, realitas sosial, dan ekspresi diri melalui tulisan yang bermakna dan bertanggung jawab.
Sebanyak 15 kader IMM FKIP terpilih mengikuti pelatihan ini secara intensif. Mereka mendapatkan materi seputar dasar-dasar jurnalistik, teknik penulisan berita dan feature, etika media, serta pengenalan dan praktik penulisan karya sastra, khususnya puisi. Salah satu poin menarik dari kegiatan ini adalah keterlibatan peserta dalam penulisan puisi yang nantinya akan diterbitkan dalam bentuk antologi bersama.
Ketua Bidang Riset Pengembangan Keilmuan (RPK) IMM PBII, Zivarrah Putri menyampaikan bahwa pemilihan tema pelatihan bukanlah tanpa alasan. “Menulis bukan hanya soal teknis, tetapi tentang kejujuran, kepekaan, dan tanggung jawab terhadap realitas yang dihadapi. Sementara menyunting menunjukkan komitmen terhadap kualitas serta integritas tulisan,” ujarnya.
Narasumber pelatihan, Sudaryanto, M.Pd., dan Khaidar Naufal Pasingsingan, memberikan pemahaman mendalam tidak hanya dari aspek teknis, tetapi juga dari sudut pandang etika dan sosial dalam kepenulisan. Mereka menekankan pentingnya literasi sebagai fondasi bagi mahasiswa untuk menjadi agen perubahan.
“Pelatihan ini diharapkan menjadi pijakan awal bagi peserta untuk terus mengembangkan diri, baik secara akademik maupun kreatif. Lebih dari itu, kegiatan ini membuka ruang bagi mahasiswa untuk menumbuhkan keberanian dalam memublikasikan karya dan menyuarakan ide-ide kritis mereka,” jelas Sudaryanto.
Pelatihan ini memiliki esensi penting sebagai ruang tumbuh kesadaran mahasiswa. Menjadi jembatan antara kemampuan teknis menulis dan pembentukan kesadaran sosial, agar mahasiswa tidak hanya pandai menulis, tetapi juga mampu merespons realitas secara tajam, empatik, dan bertanggung jawab. (Mawar)